Bicara waktu....:)

Setiap pagi aku mempunyai waktu untuk "belajar". Kadang aku belajar dengan santai atau konsentrasi tinggi hehehe. Beberapa waktu ini aku masih membuka buku yang sama untuk beberapa waktu lalu membuatku 'galau' ^_*. Buku unik, karena aku dikerjain oleh buku ini hampir 3-4 bulan lamanya. Buku yg tebalnya hanya 100an halaman. Aku benar-benar 'mati gaya' ketika membacanya. Aku dibuat 'maju-mundur', 'menangis-tertawa', 'sadar-pingsan' oleh buku ini. Bahkan tanpa belas kasihan xixixi...aku sering dilempar kembali ke halaman depan buku ini saat aku telah berada di halaman akhir. Aku benar-benar 'mati gaya' pokoknya. Tapi entah mengapa aku bahagia...karena aku menjadi manusia yang 'sadar' dari "pingsanku" selama ini.

Aku belajar dari buku ini tentang EGO, JATI DIRI dan kawan-kawannya. Setelahnya aku berdiskusi atau bertanya kepada guru spiritualku tentang apa yang aku pahami dari buku itu. Alhamdulillah...dengan menyiapkan diri membaca buku ini (The Ultimate  Happiness Prescription, Deepak Chopra) aku lebih mudah menerima keterangan dari guru spiritualku. Lebih mudah mengerti tentang lompatan-lompatan jiwa yang harus terjadi. Kemudian aku lanjutkan dengan belajar 'mandiri' bersama kehidupan yang aku jalani. Melatih diri, mentarbiyah jiwaku. Menghaluskan sisi-sisi hati dan jiwa yang masih sering 'kasar'. Begitulah kira-kira :)
Oke, sekarang aku hanya akan sharing potongan yg kudapatkan yang membuatku semakin sadar akan makna waktu. Namun, sebagai muslim aku juga sering diingatkan dengan Surat Ashr :

Demi waktu
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran.

Allah SWT bersumpah dengan masa yang terjadi di dalamnya bermacam-macam kejadian dan pengalaman yang menjadi bukti atas kekuasaan Allah yang mutlak, hikmah-Nya yang tinggi dan Ilmu-Nya yang sangat luas. Perubahan-perubahan besar yang terjadi pada masa itu sendiri, seperti pergantian siang dengan malam yang terus-menerus, habisnya umur manusia dan sebagainya merupakan tanda ke-Agungan Allah SWT.

Allah mengungkapkan bahwa manusia sebagai makhluk Allah sungguh secara keseluruhan berada dalam kerugian. Perbuatan buruk manusia adalah merupakan sumber kecelakaannya yang menjerumuskannya ke dalam kebinasaan, bukan masanya atau tempat. Dosa seseorang terhadap Tuhannya yang memberi nikmat tak terkira kepadanya adalah suatu pelanggaran yang tak ada bandingannya sehingga merugikan dirinya.

Allah menjelaskan agar manusia tidak merugi hidupnya ia harus beriman kepada Allah, melaksanakan ibadat sebagaimana yang diperintahkannya, berbuat baik untuk dirinya sendiri dan berusaha menimbulkan manfaat kepada orang lain.

Di samping beriman dan beramal saleh mereka saling nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan saling nasihat-menasihati pula supaya tetap berlaku sabar, menjauhi perbuatan maksiat yang Setiap orang cenderung kepadanya, karena dorongan hawa nafsunya.
(maaf ini sumbernya tdk kutemukan karena aku membuka di file lama yg tersimpan di PC kantorku waktu itu yg sempat ku copy ke laptop)

Perhatikan kalimat di bawah ini:

Aku bersenang-senang dan waktu begitu cepat berlalu
Aku bosan dan waktu pun berjalan lambat
Aku sedang mengejar tenggat yang ketat dan aku kehabisan waktu
Keindahan pegunungan itu begitu menakjubkan sehingga waktu pun berhenti berputar.

Sepertinya itu yang seringkali kita ucapkan dalam keseharian kita. Seolah-olah waktu yang telah diberikan Allah pada kita masih tak cukup. Dalam canda teman kantor  (semasa aku bekerja) pada masa-masa tender biasanya akan muncul: "Andai waktu sehari tidak 24 jam, lebih panjang lagi...maka kita bisa melakukan penawaran dgn baik dan menangkan tender" hehehe aneh saja apa hubungannya? Memang kalau sehari 36 jam apa ada jaminan bisa menang tender? Ah...sudahlah itu intermezo saza... ^_*

Pada buku ini dijelaskan tentang mengapa kita seringkali memang mengucapkan kalimat-kalimat di atas. Ji kita perhatikan kalimat-kalimat di atas, kita tahu bahwa waktu bersifat subyektif yg kita gunakan untuk manakar pengalaman. Mungkin sama dengan apa yang aku alami dan pernah aku tulis dalam catatan sebelumnya.
"Biasanya kalau kita tidak bahagia (tidak sedang bahagia, hati suntuk dkk) maka waktu yang pendek akan terasa lamaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa banget. Kemudian sebaliknya kalau kita tengah bahagia (hati senang, gembira dkk) maka waktu yang panjang akan terasa pendek banget!!!!”

 Begitu ya? ^_* Beberapa waktu yang lalu (mungkin tepatnya November 2011, JNC punya kisah unik yang sangat kelihatan berbeda dari waktu sebelumnya walaupun sudah sering mengalami tapi baru sadar (kayaknya berlaku khusus nih…) saat bahagia aku rasakan dengan sesungguhnya di hatiku. Pokoknya pada waktu melakukan segala hal menyenangkan, indahnya berbagi, membuat tersenyum, bersyukur dan hal-hal indah lainnya sampai puas rasanya hehehe, aku berfikir bahwa waktu yang kuhabiskan untuk menikmati semua itu sudah sangat lama.

Tetapi apa yang sebenarnya terjadi? Saat aku menengok jam yang selalu melingkar di pergelangan tangan kananku, ternyata waktunya pendek banget!!! Jadinya? Aku semakin bisa menikmati aroma kebahagiaan yang memang tiada akhir saja rasanya. Aku bisa berbuat hal membahagiakan yang lebih banyak lagi. Bahagia itu dekat denganNya. Tidak ada resah, tidak ada memaksakan diri, tidak lelah, rasanya energy selalu fresh. Tenang, damai, bisa sabar dan senantiasa mampu bersyukur melihat sekecil apapun nikmatNya.

Jika hal ini yang terjadi, artinya memang bahagia itu tidak terbatas waktu. Hmmm…bahagia itu seharusnya memang abadi, karena itu fitrah manusia. Jadi kapanpun dimanapun seharusnya bahagia selalu ada di hati kita. This is my spiritual journey, gak boleh protes hehehe ^_^

Kelihatan bahwa waktu memang benar subyektif dan sebagai penakar pengalaman, karena aku mengalami hal seperti itu tentang waktu. Hal yang berbeda dengan lainnya dan akhirnya pemahamanku tentang waktu juga berbeda dengan orang lain.

Melihat kondisi di atas, waktu bisa dikatakan sebuah fenomena misterius. Masing-masing pengalaman bersifat pribadi, karena kita selalu melihatnya dari sudut pandang kita sendiri. Ini menurut pemahamanku setelah membaca, bahwa setiap kali kita menyesali masa lalu atau mengkhawatirkan masa depan itu sama artinya menciptakan perubahan dalam tubuh kita. Bisa dikatakan bahwa kita telah menghabiskan kehidupan dengan metabolisme waktu.  Setiap pengalaman dalam kehidupan, mengalami proses metabolisme dalam tubuh dan memengaruhi jam biologis  kita. Faktanya, penuaan biologis dengan segala konsekuensinya seperti kelemahan, penderitaan, ketidak bahagiaan, tidak lain adalah metabolisme waktu. Wew…Jazim sadar ya? ^_*

Pernah dengar "Kita sebaiknya hidup pada saat ini dan bukan pada masa lalu" pasti banyak yang sudah pernah mendengar kalimat itu. Ini terkait tentang kebahagiaan :) ya...kebahagiaan. Saat ini, adalah saat bahagia ^_^


#Repost https://www.facebook.com/notes/jazim-naira-chand/waktu-itu-aku-/10151030821505253

0 Comments