Sebuah catatan hati untuk 10 tahun UNSA 


Hari ini, 27 January 2020, UNSA tepat berusia 10 tahun.

Pertangahan atau  menjelang akhir 2010 aku berbagung di group kepenulisan online ini. Banyak kisah terjalani, terutama tentang peranku di dunia literasi. Aku mengenal dunia ini lebih dekat karena selama ini aku hanya penikmat buku yang lebih memilih menyepi.

Berawal dari group ini, aku mulai (berani) menulis kisah-kisah hidupku yang selama ini hanya menghuni ruang hatiku dan buku harianku.
(Teman-teman yang kenal aku, tentu mengetahui buku-buku yang ada namaku di dalamnya semua adalah kisah nyata. Beberapa juga menyebutku, jika mengingat buku tentang Ibu maka akulah yang teringat olehnya.)
Karena UNSA, karena tulisan-tulisan kecilku di UNSA membawaku memiliki banyak IBU di berbagai belahan tanahNya.

UNSA membuatku mengenal banyak saudara, pun membawaku melakukan perjalanan tidak biasa.
Aku menemukan satu dunia kecil yang membuat hidupku (aku rasakan) lebih berarti. Aku semakin bisa menengok diriku, melihat diriku di bola mata mereka yang kutemui (lewat) perantara UNSA.
Perjalanan yang mengayakan jiwaku kumulai dari UNSA setelah vonis dokter yang bermacam tentang kondisi kesehatanku saat itu. Ya, setelah aku rehat sekian lama dari segala aktifitas keummatan.

"Aku harus lebih berarti dan membawa manfaat untuk orang lain, sebelum kepulangan abadi yang tidak pernah kutahu kapan datangnya, menjemputku bertemu Sang Maha Dirindukan."

Aku menjadi begitu mudah menemukan diriku pada air mata mereka yang kutemui, lebih mudah memeluk bahu yang lelah, lebih suka melihat binar kejora di mata anak-anak yang kuberi buku. Aku lebih mudah menemukan senyum yang melemparku pada damba puluhan ribu hari yang lalu.

Beberapa kali dan banyak orang menanyakan hal yang sama padaku.
"Kenapa kamu lakukan semua ini?"
"Mengapa kamu tidak pernah berhitung melakukan semuanya?"
"Kamu sadar, bahwa begitu banyak yang harus kau keluarkan untuk semuanya?"
"Seharusnya kamu memikirkan dirimu sendiri, tidak berlebihan berbagi."
"Kamu itu belum punya apa-apa, mengapa begitu banyak berbagi?"
Dan...masih begitu banyak ucapan cinta yang tak layak kudengar dan didengarkan telinga sehat tentang diriku.

Ada ratusan jiwa mendukungku, tapi ada ribuan hati mencaciku. Mempertanyakan ketulusanku, mempertanyakan motifku melakukan semuanya.
Aku tahu, semua yang mereka lakukan adalah karena mereka mencintaiku. Mereka mencintaiku dengan cara-cara luar biasa.

Lalu, apa jawabanku untuk semua tanya itu?

"Kamu tidak akan pernah bisa memahami apa yang kulakukan, karena aku pernah berada persis seperti mereka sedangkan kamu tidak. Aku pernah hanya bisa tertegun melihat buku, tanpa bisa membacanya apalagi membelinya sedangkan kamu tidak. Aku pernah mengumpulkan receh demi receh untuk sebuah buku tipis yang ingin kubaca. Sedang aku tahu, uang lebih perlu untuk bertahan hidup daripada membeli buku. Aku pernah merasakan perihnya bagaimana membaca buku pinjaman yang diberi waktu cukup singkat. Aku pernah....sedangkan kamu tidak." 

------
Aku tidak begitu mengingat, sejak kapan lebih suka menyebut teman-teman anggota UNSA sebagai keluarga. Keluarga UNSA, keluarga tanpa ikatan darah tapi (Insya Allah) hati kami sangat dekat.
------
Aku tidak mengingatnya dengan baik, sejak kapan aku benar-benar menganggap semua yang di UNSA adalah saudaraku, terlebih adalah adik-adikku.
Jika pada akhirnya ada satu, dua, tiga atau empat yang menyalahi kepercayaanku sebagai saudara, aku masih menganggapnya sebagai bocah kecil yang kadang memang tidak perlu lagi digubris segala pintanya tapi tetap menyayanginya.
------

Aku pun tidak perlu mengingat mereka yang mendadak amnesia pada rumah bernama UNSA ini setelah mereka tumbuh menjelajah belantara. Tumbuh besar sebagai ksatria.  Ya, karena rumah ini memang hanya titik awal mereka tumbuh. Setelahnya, rumah ini hanya bisa melihat dari kejauhan bahwa anak-anaknya yang pernah tumbuh di dalamnya telah memliki nama besar. Mengapakkan sayapnya, mengangkasa ke seluruh dunia.

Rumah ini tidak pernah terluka atas segala prilaku penghuninya yang kadang tak ramah dalam menjaga bahkan tiada peduli apakah rumah ini  penuh debu dan berjelaga.
Rumah ini, akan selalu memeluk mereka yang ingin pulang, merasakan hangat sebuah rumah, sebuah keluarga.
-----

Hari ini, 27 January 2020, UNSA tepat berusia 10 tahun.

Aku masih setia tinggal di rumah ini, entah sampai kapan. Jika kelak tiba saatnya untuk pergi semoga rumah ini tetap menjadi rumah nyaman bagi siapapun yang mau singgah.
Tidak ada kata bagi yang baru lahir, remaja bahkan yang telah tumbuh mendewasa.
Semoga rumah sederhana ini selalu bisa mengantarkan anak-anak yang tinggal di dalamnya MENJADI.

----

Putik cinta kusemai, kupanen bahagia bersama jiwa-jiwa indah dalam sebuah keluarga bernama UNSA.
Tak ada jejak kenangan yang dipaksa terjerat dalam sebuah bingkai atas sebuah pertemuan,
Tidak ada, memang tak perlu ada bingkai itu
Karena sejatinya semua kisah telah terbingkai sempurna dalam kedalaman nurani setiap jiwa
Bahwa dalam setiap senyum, setiap gerak tawa dan tatap mata ada kisah yang tak harus dibahasakan
Ada rasa yang kadang tak perlu diutarakan apalagi dijelaskan
Biarkan ia terpatri di kedalaman sanubari, menjadi catatan hati
Di sini,
Kita bersama dan tumbuh menjadi ada.
Kelak semoga Tuhan memberikan hasil panen terindah atas kisah persaudaraan karenaNya ini.
Aamiin.
Sahabat,
Pertemuan kita mungkin sesaat, tapi kita terikat sebuah janji hati
Janji hati persahabatan.

---Selamat ulang tahun UNSA (UNTUK SAHABAT)


Kadoku untuk ultah UNSA (Lampion Cinta)  pada 9 tahun yang lalu

1 Comments