Hari itu, 22 Juli 2022 aku bertemu dirimu, Cinta.

Terhitung sejak February 2022, aku memiliki aktifitas baru yang agak berbeda dari satu tahun sebelumnya. Aku kembali ke dunia kerjaku "seperti" sebelum February 2021 saat meninggalkan kota Surabaya. Sejak February itu aku menghadapi berbagai persoalan manajemen, keuangan bahkan hukum. Begitulah hidup, kadang semua berjalan dengan baik-baik. Ada yang tampak baik, biasa saja juga ada yang buruk dan sangat buruk. Itu pun yang aku alami sejak kembali secara penuh ke dunia kerjaku, konstruksi. Dunia kerja yang aku geluti sejak menyandang gelar magister di bidang HRD Industry dan Bisnis, pada tahun 2006 lalu. 

Bersama semua relawan dan guru

Dunia konstruksi yang merupakan jawaban doa-doa sunyiku karena ada cita-cita indah yang kugoreskan di nuraniku adalah menjadi seorang arsitek muslimah yang mumpuni. Cita-cita yang ternyata tidak mudah kuraih dengan segala kondisi orang tuaku. Tuhan menjawab doa sunyiku justru tepat saat aku telah lupa akan impianku untuk menjadi seorang arsitek. Tuhan mengatur perjalananku menuju dunia konstruksi yang "indah" dengan bertemu dan berinteraksi langsung dengan para ahli tehnik sipil maupun arsitek. Aku dipercaya untuk "ada" di kawah percaturan dunia konstruksi. Saat lelah, dengan segala caraNya yang elegan aku tersadar bahwa selama ini Tuhan selalu menjawab doa-doaku secara sempurna dengan caraNya yang indah. Dunia kerjaku inilah yang membawaku, bertemu banyak cinta di Kelas Inspirasi Indonesia.

Pesan Menyemai Cinta 

Kembalinya aku ke dunia konstruksi secara penuh karena setahun sebelumnya sekadar "mengamati" dan tidak ikut terjun langsung dengan segala dinamikanya tentu banyak mengubah kehidupanku. Di tengah sibuk kerja, sebuah pesan indah masuk ke nomor henphoneku yang sudah lebih dari 20 tahun menemaniku. Sebuah pesan yang seolah "membangunkan" diriku dari tidur nyenyak. Menghadirkan energy positif di tengah penat kerja. Merekahkan senyum, melahirkan harapan dan impian indah. Pesan itu seperti dendam yang harus dibalas tuntas, karena isinya ada rinduku yang selama ini kusimpan dalam lipatan hati terdalam. Ya, rindu inipun harus aku tuntaskan. Mengingat sebuah judul buku bahawa Rindu itu seperti demdam yang harus dibalas tuntas. 

Tepat, saat selesai kubaca kalimat-kalimat itu, ada bahagia berhamburan begitu saja. Saat diri merasa tiada guna karena berbagai kejadian akhir-akhir ini, mendadak ada secercah asa untuk menjadi diri yang sedikit berarti. Aku akan menemui mata kejora lagi, menemukan rekah senyum yang tulus. Aku akan bertemu banyak jiwa baik, pasti akan mengayakan hatiku. Aku akan menghirup udara tanah indah bagian  Indonesia lagi. Aku akan melakukan perjalanan cinta lagi, bertemu cinta dan menemukan cinta. Lagi dan lagi! Setelah Maret pada 2020 lalu, semua harus dibatalkan lalu duka menyapa semua sisi kehidupan. 

Bersama adik-adik kelas 6

Segera aku menyampaikan segala sesuatunya kepada orang yang "bertanggungjawab" atas hidupku saat ini, yaitu suamiku. Aku harus mendapat izinnya, untuk bisa melakukan perjalanan cinta itu. Diskusi, melihat kalender kegiatan masing-masing dan beliau memberi lampu hijau. Tinggal berurusan dengan kantor yang baru mulai "bangkit" setelah banyak kejadian luar biasa sejak pandemi terlebih sejak February 2022 lalu. Jika aku memutuskan menerima kembali untuk menjadi relawan pengajar di KIY8, tentu aku harus meluangkan waktu tidak hanya sehari, karena posisiku lebih banyak di kota pahlawan. 

Melihat semua agenda kerjaku dan agenda kegiatan di kantor. Semua kusiapkan dengan baik sebagai modal untuk bertemu dengan pimpinan. Ketika semua kondisi kantor sudah kusiapkan dengan baik, aku yakin izin dari pimpinan akan kudapatkan dengan baik. Walaupun setelah kusampaikan semua, aku masih harus meeting marathon untuk beberapa hal bersama pimpinan dan team lainnya. Alhamdulillah semua urusan izin telah kuselesaikan dengan baik. 

Masih dalam aktifitas kantor yang padat, aku menyiapkan beberapa hal untuk menjadi relawan. Ketika aku harus virtual meeting dengan teman-teman relawan, ada agenda kegiatan yang serba mendadak harus aku lakukan di luar kota. Virmeet sekadar menyerahkan kepada semua relawan, bahwa apapun keputusan teman-teman, aku akan mengikuti dengan baik. Terlebih aku sampaikan bahwa mereka lebih muda lebih penuh energy untuk menyelesaikan beberapa hal persiapan menuju hari inspirasi. 

Menyiapkan media yang biasa aku gunakan, mengumpulkan semua (lebih tepatnya) mencari semua lagi. Miniatur alat berat yang digunakan pada dunia kerjaku, APD untuk pekerja konstruksi dan tentunya satu permainan khusus. Permainan khusus ini seolah menjadi ciri khasku ketika menjadi relawan Kelas Inspirasi yaitu sebuah "KUNCI SUKSES".  Kunci ini sebenarnya adalah sebuah pena dan aku tambah dengan tulisan (kata-kata) semangat yang kuharapkan menjadi "kenangan" indah tersendiri bagi anak-anak  yang bertemu aku di seluruh penjuru negeri ini. 

Ribuan kunci yang telah kubeli sebelum pandemi, harus dicek ulang apakah masih berfungsi dengan baik atau tidak. Ternyata melakukan pengecekan ini cukup memakan waktu, terlebih ditambah menyiapkan tulisan yang menyertainya. Semua kusiapkan saat aku posisi di Surabaya. A;hamdulillah, izin kantor sudah kukantongi setelah izin suami tentunya. Semua persiapan InsyaAllah telah aku lakukan dengan baik di tengah kesibukan kantor yang luar biasa. 

Perjalanan menuju cinta. 

Akhirnya kami memutuskan motoran saja ke Yogyakarta supaya bisa melakukan "perjalanan cinta" lainnya dengan mudah setelah hari inspirasi.  Menyusuri jalanan yang tidak biasa, tapi mengayakan jiwaku.  Melintasi beberapa kota dengan segala keindahannya. Saat itu aku tetap harus menenteng laptop untuk urusan pekerjaan. Singah di Karanganyar (tepatnya di Masjid Agung Karanganyar) dan tempat lainnya untuk sejenak menyelesaikan pekerjaan. Menikmati kemacetan di Surakarta hingga Klaten. Kami sampai penginapan saat senja mulai memeluk Yogyakarta. 

Suami sudah booking penginapan tidak jauh dari sekolah tempatku berbagi cinta, yaitu Cangkringan, Sleman. Penginapan ini masih masuk wilayah Klaten, tapi hanya lima menit sampai lokasi (sudah masuk Sleman Yogyakarta). Tempat yang begitu jauh dari keramaian kota Yogyakarta. Perjalanan kali ini memang untuk menuntaskan rindu pada Kelas Inspirasi dan niat melakukan perjalanan cinta lainnya setelah selesai mengisi KIY8. Hawa dingin menemani istirahat kami. 

Tertegun sejenak pagi itu. Begitu aku menyadari bahwa lokasi hari inspirasiku kali ini ternyata  dekat dengan Merapi. Saat aku bertemu dengan monumen Watu Gajah yang konon merupakan batu muntahan gunung Merapi terjauh (15 km). Batu yang begitu besar, terlempar sejauh itu, lalu bagaimana dengan yang dekat dengan gunung? Dadaku mendadak sesak, ada kepedihan yang menyeruak begitu saja seolah merasakan betapa saat Merapi memuntahkan laharnya begitu banyak kepanikan masyarakat sekitar. Cangkringan adalah titik kumpul pengungsi saat itu. Di penginapan, aku searching semua lokasi di sekitar Cangkringan, nama sungai, jalan lahar, dam juga tempat wisata dan kuliner. 

Pagi itu, aku disapa oleh keramahan masyarakat sekitar. Membeli sarapan sebelum menuju lokasi dan menikmati sejenak ketika sampai lokasi dan belum ada murid yang datang. Anak-anak yang belum waktunya datang atau hanya aku yang tergesa rindu? Sebuah sekolah yang sangat bagus secara fisik ketika aku melihatnya. Pengalaman mengikuti KI sebelumnya, SDN Cangkringan 2 ini sangat bagus dibanding beberapa sekolah yang sudah aku kunjungi. Ingatanku begitu lancang menuju belahan Sukasada Buleleng Bali, ke ujung utara bumi Pamekasan Madura, Pacitan, Gresik dan beberapa tempat lainnya yang telah aku kunjungi perantara Kelas Inspirasi. Mendadak dadaku dipenuhi rindu. 

Bertemu cinta dan mata kejora

Selalu suka dengan moment seperti ini

Pemandangan pagi begitu saja tersuguh. Orang tua mengantar anaknya, ciuman hangat dan senyum sipu mereka ke arahku. Denyar bahagia begitu saja berhamburan. Sesaat aku mengucap terima kasih kepada suami yang memberikan izin untuk mengikuti semua dan berkenan mengantarku sebelum beliau kembali ke penginapan. Hanya senyum dan rengkuhan yang menjadi balasan, aku cukup mengerti bahwa beliau telah mengatakan banyak hal untuk kebahagiaanku, untuk tetap menjadi diriku. Keikhlasannya menemiku adalah catatan indah tersendiri dalam diriku tentang laki-laki sederhana itu. 

Aku bertemu dengan relawan lainnya secara nyata, karena kami memang belum pernah bertemu secara langsung. Rekah senyum, jabat erat pun pelukan adalah bahasa indah yang menyatukan kami dalam ketulusan. Ketika jiwa-jiwa sejenis bertemu, kadang tidak perlu kata untuk menerjemahkan keindahan pertemuan kami. Semua begitu mudah terpahami. Cerita mengalir begitu saja, menyiapkan beberapa hal yang harus disiapkan untuk Hari Inspirasi waktu itu. 

Bapak Ibu guru yang menyambut kami dengan senang, anak-anak pun tampak riang. Mengamati segala tingkah mereka, ada titik tertentu yang terlihat seperti diriku pada berpuluh tahun lalu saat masih berseragam putih merah. 

Aku mendapat tugas mengajar tiga kelas dengan kelas terkecilnya adalah kelas dua. Segala keriuhan kembali hadir. Mungkin aku terlalu semangat menjalani semua, aku sempat cukup "ngos-ngosan" saat bercerita tentang dunia kerjaku kepada anak-anak bermata kejora itu. Ya, aku selalu suka melihat mata kejora anak-anak negeri ini, senyum sipu mereka, malu-malu tapi ingin tahu dengan segala atribut yang aku kenakan atau juga media yang aku bawa. Memang dunia kerjaku ini cukup "mudah" mengenalkan kepada anak-anak. Miniatur alat berat yang selalu menemaniku adalah 'magnet' tersendiri untuk menarik fokus mereka. 

Tapi ketika di SDN Cangkringan ini, hampir sebagian besar anak-anak bisa menebak nama-nama alat berat yang miniaturnya kubawa. Kenapa mereka banyak yang tahu? Karena mereka tinggal di lereng Merapi yang cukup akrab dengan adanya alat berat ini ketika terjadi erupsi. Tentunya alat-alat berat ini sudah sangat sering berada di sekitar mereka untuk mengevakuasi beberapa kondisi setelah bencana. Aku sempat tertawa sendiri karena di depan anak-anak SDN Cangkringan 2 ini miniatur alat berat "kebanggaanku" tidak begiku laku. hehehe... Justru APD yang aku kenakan lebih banyak ditanyakan oleh mereka. 

Cukup menarik ketika hari inspirasi aku mendapat jadwal mengajar anak-anak kelas 5 atau 6, karena bagaimanapun mereka sudah bisa diajak "bicara" tentang apa dan bagaimana aku bisa menjadi seperti saat ini. Pada mereka aku merasa  lebih bisa "masuk" tentang bagaimana pentingnya berilmu, pentingnya menjadi manusia yang jujur, tidak putus sekolah dan permainan kunci suksesku adalah pemanis akhir agar mereka berkenan mengingat tentang apa yang aku sampaikan. 

"Kak Ima berharap, adik-adik akan ingat dengan kata-kata pendek yang kak Ima sampaikan dan dibacakan oleh semua temanmu. Bahwa orang-orang sukses itu adalah seperti tulisan yang ada di kunci itu. Orang yang rajin belajar, baik hati, jujur, pantang menyerah, berani karena benar, juga orang yang berbakti pada orang tua, serta orang yang tidak pernah lupa untuk berdoa kepada Tuhan. Itu sedikit ciri dari orang-orang yang mau sukses." kalimat ini biasanya aku sampaikan kepada anak-anak yang sudah kelas 6. Tentu penekanan selanjutnya adalah berharap mereka tidak putus sekolah. 

Ucapanku mungkin seperti angin lalu bagi anak-anak seusia mereka. Tapi aku yakin butiran debu semangat dan nilai-nilai kebaikan yang kusampaikan akan menemukan muara terindahnya. Entah pada siapa, entah kapan. 

Terus Belajar Menjaga Ketulusan 

Terjawabnya rinduku kali ini tentu tidak bisa dilupakan karena keberadaan orang-orang baik dalam satu frekuensi yang sama. Panitia, fasilitator, relawan pengajar, relawan dokumentasi, pihak sekolah (beserta dinas terkaitnya) dan tentu anak-anak bermata kejora yang menyambut kami dengan riang. Terimakasih kepada semuanya. Kalian selalu menjadi "pemantik" api semangatku untuk terus bisa berbuat kebaikan sekecil apapun itu. Aku tentu tidak akan menemukan terjemahan akan pertemuan kita di kamus bahasa. Biarlah semua menjadi bahasa indah untuk kita, tanpa harus diucapkan. Ada janji hati sebagai sahabat, teman dan saudara karenaNya saja. 

KIY8 dengan Bhineka Cita Tunggal Carita, semoga bukan menjadi akhir perjalanan berbagi kebaikan kecil , namun sebagai awal memendarkan kembali rasa yang sempat meredup saat pandemi. Untuk semua relawan, semoga kita akan selalu dipertemukanNya dalam jalan-jalan kebaikan, kapanpun di manapun itu. Ketulusan itu abadi.

Rewalan Pengajar KIY8 SDN Cangkringan 2



0 Comments