foto hasil Googling


Mungkin, dalam beberapa waktu terakhir ini...aku yang terlalu "berharap" menemukan staff yang cukup kompeten dengan bidang kerja kami selama ini. Ruang lingkup yang menuntut kejujuran, kecepatan dan tentu ketepatan dalam bekerja, disamping hal lain yang tidak bisa dipisahkan. Beberapa lamaran kerja masuk dan duduk manis di meja kerjaku.

Aku memang bukan pengambil keputusan terakhir untuk calon karyawan di tempat kerjaku.
Bagaimana pun tentu kebijakan pimpinan tetap menjadi titik akhir, walaupun itu juga hasil diskusi alot denganku.
Sepertinya aku pernah menyampaikan tentang bagaimana caraku melakukan interview bagi calon karyawan di tempatku.
Mungkin karena pengalaman yang kumiliki, jadi (kadang) dengan cepat aku bisa menyimpulkan bagaimana "cara kerja" orang tersebut ketika kuterima sebagai staff, pada saat pertama kali aku melihatnya.
Terlalu gegabah mungkin, tapi "instingku" kadang begitu cepat bergerak bahkan sejak mereka datang membawa lamaran kerja.
Ada banyak tips atau apalah yang katanya bisa dipelajari dan diterapkan saat interview.
Aku tidak menganggap bahwa pengalaman kerja itu harga mati untuk sebuah pekerjaan. Tidak sama sekali. 



Hanya saja, aku memiliki cara tersendiri dalam interview yang mungkin agak menyimpang dari pakem.
Lha untuk apa ditanyakan, Anda lulusan mana? Itu akan menjadi pertanyaan bodoh kan? Sudah jelas dalam surat lamaran kerja disampaikan beberapa lampiran dan tentunya di sana ada ijazah atau apapun namanya yang menunjukkan jenjang pendidikan pelamar.
Pernah aku bertanya; "Kalau saya berikan uang satu juta saat ini, apa yang Anda lakukan?"
Dan hanya dari cara menjawabnya saja, aku bisa tahu bagaimana kapasitas seseorang dalam mengambil keputusan. Kecepatan menerima informasi dan ketepatan menanggapi, akan menjadi tolok ukurku dalam melihat "reaktif, kreatif atau tanpa inisiatif". Boleh mereka menjawab dengan baik, tapi bahasa tubuh mereka akan sangat kelihatan.
Atau ada yang sudah berpengalaman mengelabui?
Disanalah...aku percaya dengan kebeningan hati. Yang bening akan bertemu bening smile emoticon
Pun, aku tak jarang menanyakan kesuakaan (hobi) dari pelamar, setidaknya aku akan tahu juga bagaimana dia bekerja.
Dan, mungkin aku berapologi kali ini
Mendadak senyumku tertahan ketika dalam duania kerjaku yang seperti ini ada seorang pelamar yang menyampaikan bahwa hobinya adalah makan dan menyanyi.
Tidak salah memang, tapi menurutku dalam ranah yang sedang aku jalani...seorang pelamar menyampaikan hal itu dalam CVnya, tentu bukan main-main, kan?
Sayangnya ketika interview, si pelamar tidak bisa menyampaikan dengan baik tentang hobinya itu (makan dan menyanyi...so....kelihatan main-main dan bisa saja aku telah sukses dipermainkan hahaha)
Hobi lainnya? Dijawabnya... "naik gunung,"
Wow...sepertinya semua orang sudah suka naik gunung ya hehehe. Katanya naik gunung itu tanda kekinian wink emoticon #benernggaksih?
Membaca? "Kurang suka."
What?
Dunia kerjaku...diawali dengan membaca!
Karena banyak aturan main yang dijabarkan dalam peraturan perundang-undangan!
Permen,Perpu, Perlem dan lainnya. Lha kalau tidak mau membaca? Apa bisa kerja? Sedangkan pekerjaan sangat terkait dengan aturan main itu.
Bahkan juknis juga dalam bentuk buku peraturan yang cukup tebal.
Kalau tidak mau membaca?
(Anda tentu mengerti maksudku...)
Jadi, maaf ya...
Anda belum layak berada di barisan kami.
Kami tidak merasa yang terbaik, tapi kami selalu belajar untuk memberikan yang terbaik dari apa yang ada dalam diri kami.
Selama Tuhan memampukan kami.

#interviewsadis #membaca #hobi #janganasal#duniakonstruksi #sertifikasi #arsiteksipil #VVA

~episodeku hari ini~

0 Comments