#Selamat Jalan Sahabat
Rinai bersyair dengan satu nada pilihan
Saat jiwaku tunduk syahdu dalam rindu padaNya
Aku tersentak, rinai mengabarkn kisah tentangmu lewat jiwa lain

Innlillahi wainna ilaihi roji'uun
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakn mati. Dan sesungguhnya pd hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu.......Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangn yg memperdayakn.
(QS.Ali Imran 185)

Sahabat,
Kepergianmu luruhkan air mataku
Slide kehidupan dalam kebersamaan kita yang tidak lebih dari dua tahun itu diputar kembali oleh semesta
Tertatih aku mengejanya
Saat itu, aku adalah jiwa asing di tanah asing
Dan kau juga jiwa asing tapi di tanahmu sendiri
Kau datang berjabat dengan jiwaku

Jogjakarta mendewasakanmu dan membuatmu asing di tanahmu saat kau kembali
Tapi kau tidak asing bagiku seperti aku tidak asing bagimu yang pernah tumbuh di tanahku
Diskusipun berderak, energi asing kita melesat
Menembus sel-sel dinding kampus yang layu
Energi asing kita membara, membakar jiwa-jiwa yang tak seharusnya lemah
Kita bersinergi dalam ranah ideal yang dianggap gila oleh banyak jiwa

Sahabat,
Kita memang asing di kawah itu
Saat mereka menikmati secangkir kopi, kita sibuk berdiskusi menyusun strategi pemberdayaan ummat
Ketika mereka sibuk diskusi cinta picisan, kita membincang tehnik gerakan perubahan

"Kau terlalu cerdas, mengapa hanya 3,5th kuliah? Bertemu aku belum dua tahun. Masih banyak yang harus dibenahi disini, harusnya kita lulus bersama." ucapmu sambil mengucapkn selamat atas prestasiku dlm wisuda sarjanaku.

"Ini tanahmu, kau lebih pantas memperjuangkannya. Aku kmbl ke tanahku, spt harapn mereka. Kata mereka aku pepesan kosong yg tak tahu apa2 tentang tanahmu. Apa yg kau dpt di tanahku, cobalah untuk sinergikan rasa dgn tanahmu. Kita ini sama hanya saja mental kita dan mereka yg berbeda! Di tanahku semua dinamis, di tanahmu? Jawablah sendiri. Kita saliang mendoakan saja." ucapku saat kuterima setangkai mawar imitasi yang kau berikan.
"Mawar imitasi lebih awet, agar kau tak lupakn tanah ini." ucapmu tersenyum.

Sahabat,
Sejak itu aku lupa akan dirimu
Aku sibuk di tanahku, aku lupakan ikrar idealisme kita
Pemberdayaan!
Perubahan!
Kita yang harus lakukan! 
Siapa lagi, kalau bukan kita?
Maafkan aku sahabat
Aku memilih duduk menikmati jutaan teori HRD dari profesorku di jenjang pascasarjana
Dan...
Aku mendengar, kau menyusulku ke jenjang yang sama
Kau berada di UNPAD
Kau wujudkAn mimpi itu walau kita tak bisa bersama
Aku memilih UNAIR
Sahabat, tak ada lagi perbincangan kita sejak itu
Hanya sekisah rasa dari kawans yang kadang menyapa mengabarkan dirimu
Benar, saat itu aku tak diiginkan di tanahmu
Tapi aku bahagia mendengar kau diterima di tanahmu
Bahkan kabar pernikahanmu pun aku tak tahu
Kau pun mungkin telah menganggapku tak ada
Dan...hari ini
Saat rinai bernyanyi syahdu
Aku mendengar kepergianmu
Bahkan aku baru tahu tentang istri dan anakmu
Istrimu yang trnyata adalah temanku di fakultas
Darah dagingmu yang kuyakin belum sempurna menerjemahkan wajahmu
Takdir telah ditetapkan sahabat
Kau harus tunduk padaNya
Saat Leukimia memilih jiwamu
Bahkan aku pun baru tahu akan deritamu ini

Sahabat,
Jika saat kita sama-sama memegang amanah sebagai mahasiswa 1 di fakultas kita masing-masing
Ketika aku terkapar memucat pasrah akan derita pingsanku, kau suka memberiku sejuta pesan sehat,
Aku tak pernah menyadari bahwa kau lebih pucat dariku
Maafkan aku, doaku untukmu
Selamat jalan sahabatku
Allah mencintaimu, sungguh.

~Taman Hati, kutulis untukmu yang pergi ke alam keabadian di 15012013~

0 Comments