“Happy Life before 40s” mengingatkan saya pada kejadian menjelang usia 40 tahun. Saya menyesali  tindakan saya sebelumnya. Tapi berdiam dalam ceruk penyesalan tidak akan membawa perubahan lebih baik bagi masa depan saya. Saya berusaha memperbaiki keadaan, walaupun banyak yang mengatakan terlambat. Penyesalan selalu hadir terlambat tapi memperbaiki keadaan juga tidak ada kata terlambat. Kita bisa belajar dari kegagalan untuk meraih kesuksesan. 

Menurut saya ada dua kemungkinan yang dilakukan atau tidak oleh mereka di usia produktif. Apakah itu? Pertama, PERENCANAAN dan kedua, KOMITMEN.  Saya rasa dua hal itu bisa mengantar pada happy life before 40s, jika dilaksanakan dengan benar.

Perencanaan

Mengapa perencanaan? Ada orang mengatakan dia menjalani hidup tanpa rencana apapun. Saya berpikir sebaliknya, karena saya tidak pernah tau apa yang akan terjadi esok hari. Setiap orang memiliki impian yang ingin dicapai dalam hidupnya. Demikian juga saya. Apakah saat itu saya tidak punya rencana? 

Saya punya banyak rencana yang ingin saya capai sebelum usia 40 tahun. Memiliki perusahaan sendiri dengan melakukan pensiun dini setelah mencapai puncak karier. Menikah, memiliki anak-anak yang sehat, memiliki rumah tinggal, bisa melakukan travelling keliling dunia terkhusus ibadah haji (umroh). Saya ingin memiliki investasi produktif yang bisa saya nikmati saat tua dan jaminan pendidikan anak saya.

Saat itu saya bekerja di sektor konstruksi. Memiliki tabungan, deposito juga asuransi. Mendapat penghasilan dari mengisi pelatihan manajemen sesuai dengan latar pendidikan saya, HRD for Industry and Business. Reward prestasi kerja sering saya dapatkan.  Materi yang ada sepertinya cukup menjamin saat usia 40 tahun, saya hidup tenang, sehat dan bahagia.
Lalu, kenapa di awal tadi saya mengatakan tentang penyesalan? Padahal saya memiliki perencanaan? 

Komitmen

Satu kata itu mampu memporak-porandakan apa yang telah saya rencanakan. Saya begitu mudah “menyerahkan” dana yang saya miliki (gaji atau penghasilan lain) untuk keperluan keluarga besar secara umum juga teman. Apapun kesusahan mereka, saya selalu ada untuk membantu. 

Apakah tindakan saya salah? Bukankah mereka juga bagian hidup saya? Tidak! Tapi  kurang tepat! Saya mengesampingkan "masa depan" saya secara material. Saya mudah sekali mencairkan deposito demi menolong orang. Menarik ATM dalam jumlah besar untuk keperluan teman. Saya masih muda dan lalai pada rencana/impian saya.


Sampai pada masa perusahaan tempat saya bekerja bangkut. Saya resign, tanpa penghasilan. Tidak bisa membayar premi asuransi. Padahal banyak manfaat asuransi yang bisa saya dapatkan. Tragisnya, saya  harus menarik asuransi jangka panjang itu untuk membiayai hidup. Kemana mereka yang saya tolong? Lenyap tanpa mengembalikan uang saya. 


Saya sadar, semua itu terjadi karena saya tidak komitmen dengan apa yang sudah saya rencanakan. Komitmen sangat penting, walaupun kita bisa menjalani hidup secara fleksible. Rencana tanpa komitmen itu omong kosong!

Saya tidak ingin cerita itu terulang pada orang lain. Siapkan masa tua justru saat masih produktif. Cerdaslah secara finansial di usia ini. Jika  tidak mahir membuat perencanaan, bisa konsultasi tentang manfaat asuransi dan mulailah membuat rencana terbaik. Tentu sesuaikan dengan kemampuan dan cita-cita (impian). Ada berbagai asuransi yang perlu diketahui selain asuransi jiwa. Ada yang namanya unit link. Menurut saya, asuransi bisa dikatakan sebagai salah satu investasi terbaik selain tanah dan property. Miliki rencana terbaik dan komitmenlah!




0 Comments