Kelas Inspirasi Gresik, adalah KI yang lumayan berdekatan pelaksanaannya dengan KI yang kuikuti sebelumnya. Pertimbangan daftar waktu itu, karena aku orang Gresik. Sejauh apapun lokasi yang harus kutempuh tentu masih di kota Gresik kan? Alhamdulillah ternyata lolos untuk menjadi relawan pengajar pada KI Gresik tahun 2019 ini.

Karena pelaksanaannya hari Sabtu, jadi tidak terlalu riweh dengan urusan kantor. Namun, tetap saja karena ada banyak kerjaan, persiapan untuk mengisi kelas inspirasi ini cukup mendadak dan Alhamdulillah dibantu oleh saudara yang datang secara khusus ke Surabaya. Maksudnya ini menyiapkan media untuk permainan berupa "Kunci Sukses".
Dalam satu minggu harus menjadi relawan di dua tempat, mecahin rekor perjalan Kelas Inspirasiku ini hehehe (tanggal 28 October 2019 di Sana Laok Pamekasan dan tangal 2 November 2019 harus berada di Mengare Gresik)


Selarik Kenangan Masa Seragam Abu-abu 

Mendengar dan mengingat kembali sebuah nama desa MENGARE, aku tidak akan bisa membasuh kenangan beberapa tahun lalu saat masih mengenakan seragam putih abu-abu. Saat tinggal di pesantren dan juga beraktifitas dengan OSIS pada masa itu.

Banyak kenangan, bersama teman-teman baik yang berasal dari desa ini. Banyak cerita kudengar, tapi kakiku sama sekali belum pernah menapak ke tempat ini. Lintasan kenangan itu hadir dengan sempurna. Nama-nama tereja (masih) sempurna dalam ingatanku, ada buncah harap bisa menjumpai mereka. Namun, ada resah yang tak kalah mendera karena selama kurun waktu ini aku terputus komunikasi dengan teman-teman baikku semasa SMA itu. Aku memilih membuang harap untuk bertemu mereka dan fokus saja sebagai relawan pengajar.

Namun, menjelang keberangkatan aku masih sempat inbox sebuah nama yang aku yakin dia juga jarang membuka Facebook. Aku menemukan nama itu berdasar ingatan kekonyolannya semasa sekolah dan tentu kesederhanaannya yang kukenal waktu itu. Aku menemukan nama itu di facebook dan mencoba menyapanya lewat inbox. Sekali lagi aku tidak berharap lebih untuk bisa terkoneksi dengan mereka semua. Aku sangat tahu, banyak sekali temanku yang berasal dari desa ini dan rata-rata adalah laki-laki. Era itu, perempuan tidak perlu sekolah tinggi, lebih baik di rumah atau di pondok tanpa sekolah umum. Jadinya temanku dari desa ini rata-rata adalah laki-laki baik dari SMA maupun teman pondok yang sekolah di MA.

Sampai pada Hari Inspirasi aku tidak melihat pesanku dibaca oleh sebuah nama itu. Aku membuka foto-foto pertemuan teman-teman semasa SMAku di berandanya. Ternyata mereka sudah beberapa kali mengadakan reuni, namun aku benar-benar terputus dari jangkauan mereka. Aku tidak akan lupa pada segala hal baik yang kami lalui semasa SMA terlebih saat di OSIS, bahkan ketua OSISku saat itu juga berasal dari desa Mengare ini. Aku hanya bisa tersenyum, merangkum doa, mengungunkan rindu semoga kelak Tuhan masih berkenan mempertemukan kami semua dalam baik dan bahagia.

Perjalanan Menuju Mengare. 



 Aku memutuskan berangkat dari Surabaya selepas subuh, karena ada yang harus diselesaikan di kota Gresik terlebih dahulu sebelum menuju lokasi Hari Inspirasi. Hanya bisa merapal doa, ketika di perjalanan aku harus menemui banyak kecelakaan. Semoga tepat waktu untuk sampai lokasi, karena aku sangat tidak bisa jika harus terlambat. 
Kecelakaan pertama menjelang masuk tol Gresik menuju Manyar, ada sebuah truck terguling yang tentu saja menyebabkan kemacetan luar biasa di pagi hari. Kedua setelah lepas tol masih menemukan kecelakaan serupa sebuah truck lagi seperti menghindari sesuatu harus masuk ke area tambak di sekitaran Manyar. Sepertinya waktu itu aku masih menemukan lagi sebuah kecelakaan motor yang tidak kulihat dengan jelas hanya efek sedikit macet saja yang ada.

Memasuki sebuah gapura yang mengarah ke desa Mengare, sekali lagi aku menanam harap bahwa medan atau jalan menuju lokasi tidak "seindah" perjalanan ke Sana Laok di Pamekasan sebelumnya. Rasanya kekhawatiran itu masih sangat nyata. Setelah sekian waktu mobil melaju perlahan (gimana nih...melaju tapi perlahan ya hahaha) jalan yang kami lalui benar-benar sebuah jalan desa yang kita akan paham bagaimana lebarnya.

Jika berpasasan dengan motor, maka harus pelan-pelan agar sama-sama selamat tidak sampai meluncur ke area tambak di kanan dan kiri jalan. Jika berpapasan dengan mobil tentu salah satu harus mengalah untuk berhenti di tikungan atau jalan yang sedikit agak lebih lebar saling menunggu salah satu melewatinya.

Secara umum, kondisi jalan (menurutku) masih normal sebagai jalan desa dan area tambak. Bisa dikatakan cenderung bagus hanya beberapa bagian saja yang kondisinya rusak.  Bahkan saat akan memasuki desa, kondisi jalan sangat bagus walaupun daerah ini sangat jauh dari jalan utama kecamatan.
Bisa dilihat dari foto rumpun bambu menjelang masuk desa ini, bagus kan? Hanya saja ya memang tidak seberapa lebar.


Untuk jalan yang rusak, berada di area pertengahan menuju desa yang memang ada beberapa meter kondisinya sangat mengenaskan. Di jalanan ini aku menemukan, sebuah banner dengan tulisan yang sungguh menggelitik. Aku yang bekerja di dunia konstruksi, sangat paham dengan apa yang terjadi. Ya, wajah muram kondisi pengusaha kosntruksi Indonesia memang belum sepenuhnya bersih. Satu orang pengusaha yang berlaku kurang baik, akan mencoreng wajah pengusaha lainnya. Persoalannya kita teralalu sering  "memaklumi" apa yang terjadi. Padahal sebagai pengusaha kita pun tidak jarang mendapatkan "ganjaran"  berupa tinggal di hotel prodeo yang sesuai dengan kinerja kita. Tapi ya...semua kembali pada personal value masing-masing kan?


Aku sempatkan turun dan mengambil foto ini karena sepertinya proyek ini adalaj proyek jalan dan jembatan, karena jarak kerusakan jalan yang sangat parah hanya di lokasi ini. Sayangnya aku tidak memfoto semua kondisi jalanan di lokasi ini yang membuat siapapun harus ekstra hati-hati untuk melewatinya. 

MI Miftahul Huda 

Alhamdulillah, aku tidak terlambat sampai lokasi. Secara fisik sekolah ini sangat bagus dibanding sekolah-sekolah yang kudatangi pada kelas inspirasi sebelumnya. Sejenak kulihat kualitas bangunan yang sesuai standart kosntruksi. Ada sedikit bangunan yang belum selesai, dan jika itu selesai tentu akan semakin bagus. Sekolah yang terletak di tangah perkampungan, membuat perjalanan kali ini tidak terlalu dramatis seperti sebelumnya, ya hanya jalanan sempit dengan kanan kiri tambak saja yang bikin berdebar. 

Kami disambut dengan baik oleh pihak sekolah. Pembukaan dan perkenalan berjalan dengan baik disambut antusias khas anak-anak. Saat seperti ini, aku selalu merasakan limpahan energy positif yang melimpah, membuat bahagia rekah begitu saja. Setelahnya tentu langsung masuk kelas sesuai agenda yang ada. 

Kali ini aku kembali merasakan mengajar di kelas kecil pada sesi pertamaku. Anak-anak yang mayoritas orang tuanya adalah nelayan, aku dibuat tersenyum untuk berbagai cita-cita yang mereka sampaikan. Sebisanya aku mengenalkan profesiku dengan media yang kubawa. Ya, mengingat jalan masuk desa yang sangat jauh, aku tidak bisa memaksa mereka untuk mengetahui banyak hal tentang dunia kerjaku yang ada di luar desa itu. Padahal sepanjang jalan menuju Mengare ada banyak proyek yang menggunakan alat berat (seharusnya bisa menjadi contoh agar mereka mengetahuinya)

Aku hanya menceritakan, memperlihatkan gambar, serta miniatur alat berat. Tentunya juga helm dengan berbagai warnanya. Aku tidak meremehkan cita-cita mereka yang ingin menjadi nelayan, namun aku sampaikan kepada mereka agar menjadi nelayan yang lebih baik, lebih sukses dari orang tua mereka.

"Kalau jadi angkatan laut gimana? kan sama-sama berhubungan dengan laut, kayak ayah atau bapak adik-adik menjadi nelayan? pernah tahu angkatan laut kan?" tanyaku membuat mereka diam meperhatikan, terlebih yang cita-citanya menjadi nelayan.
"Kalau angkatan laut nanti harus perang ya, Bu?" tanya salah satu dari mereka
"Tidak harus ikut perang, yang bu Ima inginkan adik-adik tidak berhenti sekolah, bisa sekolah di bidang perikanan nanti akan menjadi pengusaha perikanan. Di sini banyak tambak kan? Kalau adik-adik sekolah nanti bisa mengembangkan tambaknya ayah dengan baik. Hasil ikannya akan lebih bagus kalau adik-adik punya ilmunya. Gimana?"
"Berarti sekolah jauh?"
"Bukan jauh sebenarnya, yang penting adalah adik-adik terus sekolah sambil belajar menjadi nelayan yang baik. Paling tidak sampai sekolah SMA atau Aliyah. Temannya bu Ima dulu banyak kok dari desa ini yang sekolah di Bungah sambil mondok. Nantinya adik-adik akan tahu dan insyaAllah akan menjadi orang sukses di bidang yang diinginkan."
"Oh iya...sekolah di pondok.... di Bungah...." dan mereka saling "diskusi seru" membuatku kelabakan menenangkan mereka hahaha....

Aku merasakan bahwa profesiku tidak begitu menarik perhatian (sebagian besar) mereka, namun ada juga yang fokus memperhatikan. Matanya begitu kejora, (sayang sekali aku lupa namanya duuh...) dan ketika kulihat apa cita-citanya? Menjadi pedagang.
Ketika kutanyakan menjadi pedagang apa? Dia tersipu  terlebih ketika aku mendekatinya. Ternyata orang tuanya adalah pedagang ikan.

"Menjadi pedagang atau pengusaha berarti harus punya ilmu, artinya harus apa?"
Mata kejora itu menjawab lirih, "harus sekolah".

Ada debar tak biasa ketika hal kecil seperti ini kudengar dan selalu itulah yang kurasakan. Betapa kesadaran kecil seperti ini, sangat berpengaruh nantinya pada masa depan mereka. Aku yakin akan hal itu.




Didampingi relawan fasilitator, yang membuat renyah pertemuan kami. 



Kreatifitas panitia (fasilitator), membuat Damar Kurung (kerajinan khas kota Gresik) untuk menuliskan cita-cita anak-anak. 

Lihatlah betapa mereka antusias menuliskan cita-cita mereka di sana. Setiap moment ini, aku hanya bisa berdoa yang paling Aamiin, untuk semua cita baik mereka. 


Keluargaku yang baru lagi di KI Gresik MI MIFTAHUL ULUM UJUNG SAWO MENGARE 

Sayangnya, selesai acara penutupan aku tidak bisa mengikuti refleksi yang diadakan di area wisata mangrove Mengare, karena ada hal penting lain yang harus kulakukan di kecamatan Bungah. Siang itu aku meninggalkan Mengare dengan denyar bahagia yang terus berdifusi. Aroma tambak yang khas itu, serasa membisikan rindu.

Keseruan dari rombongan belajar MI Miftahul Huda ini memang luar biasa. Dari sekian KI aku masih tergabung di WAG. Sesekali masih saling komunikasi untuk berbagi informasi tentang KI atau hal lain yang juga penting bagi kami. Namun, group WA satu ini (MI Miftahul Huda) adalah WAG yang tidak pernah tidur, selalu on....selalu ramai (Rame seru jare wong Gresik hahaha). Aku memang jarang sekali berbalas pesan di sana, kecuali ada hal yang memang harus disampaikan. Tapi aku selalu tersenyum setiap membuka WAG ini. Kadang jika ada waktu akan kubaca cerita teman-teman tentang segala hal yang kadang mengundang senyum simpul. Khas anak muda kreatif yang aku suka melihat mereka. Jiwa-jiwa baik yang mengenergi.

Bahkan rombongan kami ini, sudah mengadakan BTS pada Januari lalu, bertepatan dengan aku harus mengisi Kelas Inspirasi Rembang. Jadi keseruan bersama mereka hanya bisa kulihat dari cerita mereka di WAG saja. Aku hanya bisa mendukung kegiatan dan semangat mereka dengan cara yang lain walaupun tanpa hadir di sana.

WAG ini juga selalu saling menyemangati untuk ikut KI di daerah lain, sehingga seperti reuni lagi kalau mereka bertemu di KI tempat lain. Persaudaraan ini semoga selalu dirihoiNya dan Yang Maha Cinta memasukkan kami semua dalam golongan hambaNya yang saling menyayangi karenaNya. Kelak semoga ini menjadi salah satu pelita dalam panji CintaNya. Aamiin...
Pulang ke Gresik...siapa takut? 

#SetahunIkutKelasInspirasi



0 Comments