"Kamu itu sakit, istirahatlah..."
"Ayo ke dokter,"
"Jangan maksakan diri, kamu nggak sehat,"
"Lihatlah...kamu pucat! istirahat saja,"
"Ayo segera ke dokter, cepat periksa, jangan sampai terlambat,"
"Aku mohon, periksalah ke dokter minta pengantar untuk ke lab, kamu segera periksa darah,"
"Please... aku sudah mengirim ... juta ke rekeningmu, gunakan uang itu untuk melakukan general check up. Aku nggak mau terjadi apa-apa sama kamu."
"Kau punya banyak amanah, kau harus sehat segera ke dokter,"
"Panas badanmu itu sudah tidak wajar sudah lebih dari seminggu, segera ke dokter check darahmu!"
"Jika kau tau tentang amanah, kau punya banyak amanah yang harus kau selesaikan. Maka segera sehat, ke dokter..."
"Kamu sangat pucat, aku tidak mau terjadi apa-apa dengan kamu hanya karena kamu tidak berkenan ke dokter dan aku tidak berhasil membujukmu. Jangan ngeyel kenapa sih? ini untuk dirimu sendiri! okelah... banyak yang memang butuh kamu, tapi bukankah semua itu kembali kepadamu?"
"Ayo ke rumah sakit saja, ke UGD dan istirahat di sana 2 jam cukup."

Dan... masih banyak lagi ungkapan cinta tak biasa yang disampaikan kepadaku pada bulan September kemarin. Terima kasih atas segala bentuk cinta kalian, atas kasih sayang yang indah ini.

Kondisi cuaca Surabaya yang cukup hangat, memang menjadi salah satu hal yang mmebuatku harus tidur malam menggunakan AC. Satu hal yang selama ini tidak pernah aku lakukan, ditambah entah mengapa suhu tubuhku memang agak selalu luar biasa. Menggunakan AC (seolah) menjadi pilihan terbaik dalam kondisi tubuh seperti itu. Walaupun akhirnya aku sadar, bahwa tindakan itu justru memperburuk kondisi tubuhku.

Pola makann yang sudah cukup baik, kembali 'berantakan' bahkan mencapai titik kegilaan karena tidak ada keinginan makan. Tidak merasa lapar, fisik pun menurutku baik-baik saja. Walaupun ya sekilas tampak semakin pucat (tapi rasanya nggak pucat kok... hehehe) Ini bukan pucat karena anemia ataupun tekanan darahku yang suka dibawah standart. Jika memang itu yang terjadi tentu aku sudah sangat mengenalinya, karena aku pernah menjalani sebagai pesakitan yang tuduhan seperti itu. Hehehe...dokterku selalu 'sinis' kalau melihat aku kembali datang ke ruang praktiknya.
Kalau dokter biasanya ramah menyapa pasien, kalau beliau....hmmm ramah sih, tapi satire!

"Sakit lagi? ngedrop lagi? Terus mau apa lagi? Orang kok nggak mau sadar untuk sehat, ngapain ke sini lagi?"


Itu kalimat beliau yang seorang dokter kepadaku, pasien yang sangat 'sayang' sama beliau. Buktinya aku selalu suka mengunjunginya saat praktik kemudian jika aku pulang dari tempat praktiknya beliau selalu memberiku sebuah catatan indah yang harus kutebus dengan uang hehehe.

Nah...cerita tentang dokter itu, adalah cerita masa lalu. Kapan ya, kejadian semua itu? Ah...lupa! hahaha... karena aku semakin sehat, nggak pernah lagi berurusan dengan resep yang sama selama bertahun-tahun yang lalu. Berkawan dengan keluhan-keluhan yang sering mengakrabiku juga dalam waktu bertahun. Semua melihat aku yang pucat dan karena itulah aku suka mengenakan kerudung putih, supaya wajahku lebih gelap dari kerudungnya hehehe. Jazim ada-ada saja....tapi benar waktu itu aku mikirnya gitu kok :)

Sudah sekian tahun juga aku tidak lagi mengalami fase hilang kesadaran dalam beberapa waktu (baca: pingsan). Semua kujalani dengan normal dan hidup selayaknya manusia yang lain. Semua terjadi ketika aku sudah belajar mengenali tubuhku dan bisa menerima sakitku, ya ketika aku sadar bahwa semua itu memang harus diterima dengan penuh syukur.

Kini aku bisa tertawa dalam sesungguhnya tawa yang renyah, karena melewati fase-fase yang indah itu. Aku belajar sehat dari rasa sakitku, pun aku belajar untuk selalu bersyukur dari semua yang diberikanNya. Semua jalan yang tertempuh selalu dalam pengawasanNya....dan rasanya itulah salah satu kuncinya  yang akhirnya membuatku lupa pernah akrab dengan resep-resep dokter. Kapan? Semua sudah berlalu...dan aku menjalani masa kini saja :)

Dan...mari kita kembali ke judul catatan ini yak hehehe (Jazim suka banget nulis lompat-lompat gitu)

Ungkapan cinta dari orang terkasih di atas memang terjadi pada sekitaran bulan September dan Oktober ini, memang kondisiku menurun pada September itu. Entah aku memang merasakan secara fisik dan secara spiritual ada banyak hal yang harus tertangani segera di sekitarku. Ada semacam 'beban' yang harus kutanggalkan untuk orang-orang terkasih.

Kondisi Bunda yang juga memburuk, justru semakin membuatku 'kelimpungan' dan ternyata keterikatan inilah yang pada akhirnya juga menyadarkanku. Kabar kepergian para sahabat terkasih yang berusia muda karena kanker, cukup membuatku 'tersedak' dalam keheningan. Pun kabar beberapa orang terkasih yang lain dalam kondisi sakit yang tidak biasa juga berpengaruh pada "meditasi cintaku". Beberapa waktu aku 'terjebak' merasakan sakit yang di alami semuanya, dan itulah yang teramat menyiksa. Saat itulah ada kesadaran baru yang hadir, tentang keseimbangan energi. 

Aku memutuskan melakukan banyak perjalanan ke dalam semakin lama semakin jauh, tapi dilihat sebagai SAKIT oleh orang lain yang belum melihat perjalananku. Memang ada tanda fisik yang tampak dengan keadaanku yang sepertinya melemah, tapi aku merasa justru kondisiku secara spiritual membaik. Ya...itu urusanku, bukan urusan orang lain. Karena perjalanan seperti ini memang hanya kita tempuhi sendiri. Kita tidak bisa mengajak teman untuk melakukan perjalanan kita, kalaupun bisa mereka sekadar menemani perjalanan saja.
Ini jalanku, dan akulah yang harus menempuhinya bukan meminta orang lain untuk menempuhi jalanku. Kalau ada yang berkenan menemani perjalananku dengan berdiskusi mendalam, berbincang dalam keheningan tentu aku berterimah kasih.

Pertengahan September saat semua melihat kondisi fisikku memucat aku masih disibukkan urusan kantor, dan tentunya launching Stronger Than Me serta Bunda yang memintaku sesuatu. Ah, Bunda...bagaimana bisa aku menolak permintaan sederhanamu itu? Pun itu adalah permintaan yang juga membutaku semakin sadar bahwa aku belum merawatmu dengan baik di usia senjamu ini. Berkali kupinta maafmu, tapi engkau selalu tersenyum dan bilang bahwa justru engkaulah yang merepotkanku. Bunda, aku tak boleh menangis di depanmu, tapi aku yakin Bunda tau bahwa ada banjir bandang air mata di hati putrimu ini. Aku sangat yakin Bunda melihat kondisiku yang sebenarnya.

Beriring menjalani permintaan Bunda, aku terus berhadapan dengan penyeimbangan diri. Ketika kekhawatiran sudah mencapai puncaknya, keberserahan sudah dilakukan sejak awal. Anehnya aku tidak berkenan 'mengunjungi' jiwa-jiwa indah itu, maka hal yang harus kulakukan adalah perjalanan materi. Menemuinya, ya...bertemu dengannya secara materi. Awal September itu, aku juga mencoba merencanakan perjalanan materi yang cukup jauh untuk sebuah proses perjalanan yang lain. Ada bahasa bahwa perjalanan itu untuk melakukan "kalibrasi". Aku bersemangat untuk mengikuti acara di pulau Bali itu dan segera mendaftarkan diri.

Sepulang Bunda dari Surabaya selama beberapa waktu, aku melakukan perjalanan materi ke luar kota. Kondisiku mendadak tidak biasa. Ada apa lagi? Makanan semakin susah masuk tapi hari itu (sebelum aku berangkat ke luar kota) aku memaksa tubuh menerima makanan yang tidak biasa. Semua makanan aku makan :D hehehe iya...aku masih ingat bahwa hari itu aku makan protein berat (ikan digoreng juga udang goreng tepung), karbohidrat (kentang), sambal berminyak, sayur, buah dan kutambah susu. Wow...makanan yang nggak karuan banget itu kan ya? Tubuh yang sudah dikira sakit oleh banyak orang...jadinya semakin sakit (itu yang kurasakan).

Perjalanan tidak memakan waktu lama, tapi sekali lagi aku merasa baik-baik saja. Suhu tubuh yang biasanya akan sangat hangat selepas pulang kantor, hari itu biasa. Normal! Suhu tubuh yang akan semakin tinggi selepas maghrib hari itu juga biasa saja. Cukup lama aku berada di rumah seorang saudara, berbincang tentang banyak hal. Bahkan kami masih sempat makan malam bersama. Melihat makanan yang dihidangkan...aku tersenyum :)

Aku merasa sangat merepotkan keluarga ini, karena begitu banyak makanan dihidangkan. Ada rawon plus telur asinnya, ada tempe tahu goreng, ada pepes ikan dan sayur asem serta apa lagi ya? Pokoknya rasanya banyak sekali makanan :) Tentunya ada nasi putih yang duduk manis di depanku dan tersenyum mengerling.

"Monggo, Nduk... makan yang banyak ya biar gemuk sedikit," ucap ibu yang duduk di sampingku.
"Ini terlalu banyak makanan, Bu. Hmmm...saya sudah dalam kondisi normal ini Bu, sudah 50 kg lho :)" jawabku sambil membagikan piring kepada semua yang sudah duduk di ruang makan itu.
"Halah...masih kurus itu, kayak ibuk gini lho,  gemuk :) ayo ambil makan semuanya. Ini semua untuk dihabiskan," tambahnya.
"Hehehe...ya mana mungkin Bu, saya ambil pepes saja sama sayur asem :)" aku sudah mengambil pepes."Maaf, Bu. Saya sampai saat ini belum bisa makan nasi putih :)" ucapku sebelum ditanya.
"Hah? nggak makan nasi putih?.... " heran beliau.
Lalu ada kalimat lain diucapkan oleh anggota keluarga lain tentang "nggak makan nasi putih" yang membuat kami semua tertawa. Semua serasa memojokkan aku ke sudut. (hehehe kalau mojok memang ke sudut kan ya?)

"Hehehe...rasanya saya nggak niru siapa-siapa, Bu dan mbak, awalnya memang diberitahu terus saya jalani sendiri kok," aku mencoba membela diri. (hehehe lucu sih...masak harus dihubungkan dengan orang lain segala karena nggak makan nasi)
Kami masih belum memulai makan karena masih saling ambil makanan. Nasi putih masih dibahas. Tiba-tiba....aku bersyukur ada yang membelaku.

"Kalau mbak Jazim ikut-ikutan saja nggak makan nasi putih, biasanya hanya bertahan paling lama 3 bulan. Nah sekarang tanya sama mbak Jazim, sudah berapa lama nggak makan nasi putih?" ucapan salah satu anggota keluarga itu membuatku tersenyum lebar.

"Nah...betul apa yang Mas sampaikan," senyumku pada Ibu dan si mbak.

"Memang, sudah berapa lama nggak makan nasi, Nduk?"

"hmm...sepertinya sudah lebih dari 3 tahun, Bu, bukan 3 bulan :D" jawabku.

Semua tertawa lagi dan akhirnya kami memutuskan makan. Diam kami menikmati makanan yang terhidang. Perbincangan dilanjut sesaat selesai makan, sebelum akhirnya kami kembali berbincang di ruang tamu.

Ya...perbincangan tentang banyak hal, aku pun akhirnya tahu bagaimana keadaan yang sesungguhnya tentang segala kekhawatiranku selama ini. Seharusnya aku tak perlu khawatir, karena ada Allah yang Maha segalanya, Dialah yang akan menjaganya dengan segenap cinta. Ya..sisi kemanusiaankulah yang bicara, bahwa ada banyak hal memang harus dilakukan bukan sekadar dijalani dalam kesunyian. TINDAKAN.

Dari semua keterangan yang aku terima, dari perbincangan tak biasa itu...aku tau tentang banyak hal. Aku pun seandainya bisa rasanya ingin sekali memeluknya dan memohon maaf sekali lagi atas prasangka kecilku yang selalu membuatku menangis. Tapi aku tak bisa memeluknya secara fisik, aku hanya mendekapnya dalam doaku. Perubahan-perubahan mendadak yang terjadi, akhirnya terjawab sudah apa yang menjadi sebabnya. Itulah bedanya kunjungan materi dan spiritual. Ada sisi materi yang harus diselesaikan secara materi, walaupun semua harus dimulai dari sisi spiritualnya.

Dari perbincangan itu, akhirnya ada sesuatu yang harus kulakukan untuknya. Ya...aku akan berusaha melakukan apa yang bisa kulakukan. Aku merasa diberiNya kesempatan ketika sebelumnya aku dibuat 'kehilangan' kesempatan pada sesuatu yang lain. Saat itulah aku tersenyum, apapun jika memang belum saatnya kita tidak akan pernah bisa memaksanya untuk terjadi.

Kepulanganku menuju Surabaya, berjalan lancar seperti keberangkatanku. Mobil melaju begitu saja dan ada banyak keajaiban. Sesampai Surabaya, memang sudah cukup malam. Saat itulah aku tersadar tentang kondisi tubuhku. Mengapa aku baik2 saja? Apa karena pertemuan dengannya? Artinya selama ini aku yang merasa tidak sakit (tetapi semua orang memutuskan bahwa aku sakit) hanya sekadar 'kelebihan energi' yang justru membuatku sedikit 'kacau'. Dan pertemuan ini justru menjadi sarana transfer energi untuk saling menyeimbangkan. Apakah seperti itu? Entahlah :) Tapi mungkin itulah yang terjadi di antara kami.

Tengah malam aku tersenyum sendiri untuk semua kejadian, tapi selepas tengah malam...kejadian lain terjadi lagi. Sebuah pesan kuterima membuatku tertegun untuk kesekian kalinya.

"Non, maaf tadi aku nggak bilang ke kamu. Apa yang akan kamu cari untuknya itu...harganya cukup mahal." pesan dari orang yang menemaniku dalam perjalanan ke luar kota.

Aku tidak perlu membahas pesan itu. Aku juga tidak mikir untuk bertanya tentang besar rupiahnya. Entah. Yang pasti di dalam dadaku hanya tenang saja, mengalir dan harmonis saja. Menjalani, itu saja. kalau memang sudah menjadi rezekinya ya pasti Allah yang mengatur. jadi...tenang saja :)

Aku segera istirahat, tapi ternyata tubuhku kembali menyuarakan teriakan yang tak lazim. ya...bukan suhu tubuh yang meninggi, tapi aku terserang diare yang luar biasa. Aku membiarkan saja, karena merasa bahwa siang tadi makanku memang nggak karuan. Bairlah ini  menjadi proses pembersihan tubuh. Biarkan tubuhku menyelesaikan persoalannya. Tapi aku tetap mengantisipasi dengan persiapan obat-obatan.

Hingga pagi, aku mulai sarapan buah. Aku berharap tidak ada 'kekacauan' dan normal saja. Awalnya baik, tapi menjelang siang semua berubah. Apa yang aku makan akan langsung dibuang. Apa yang aku minum akan langsung dibuang, dan itu terjadi bukan dalam jeda sekian jam...tapi dalam hitungan menit.

Tentu hal ini menyebabkan keributan orang2 terkasihku dan saat itu aku memutuskan makan obat :) Bunda ribut2 juga setiap saat telepon karena melihat wajahku terus katanya :) hehehe Bunda selalu begitu.  Kondisi membaik, tapi aku benar-benar belum berani makan. Karena hari itu, memang waktunya libur (Sabtu) kucoba istirahat saja.

Apakah bisa istirahat? Sedang esok pagi aku harus siap untuk Launching STM. Menjemput pembicara, menyiapkan tempat dan tentunya persiapan tehnisku sendiri. Lalu, satu hal penting yang tidak bisa kuabaikan adalah apa yang harus kudapatkan untuknya. Hari Sabtu, artinya hari itulah aku harus segera mendapatkannya, karena pada hari Minggu tempat itu tutup. Rencananya selepas acara Launching aku akan segera ke luar kota lagi dengan membawa apa yang kemarin kami perbincangkan. Itupun aku belum tahu, apakah aku bisa langsung mendapatkannya?

Yakin saja, aku akan semakin sehat ketika kuputuskan pergi ke tempat itu untuk mendapatkan apa yang aku cari. Dan...mendadak juga, sebelum aku berangkat ke tempat itu pimpinan memintaku untuk melakukan transaksi perbankkan yang semuanya berada dititik limit. Ambil tunai pada titik limit, transaksi internet Banking juga sudah maksimal. Hanya saja yang belum kulakukan adalah transaksi by ATM. Aku belum menggunakan ATM untuk transfer dana.

Sampai di lokasi yang kucari, aku dihadang dengan berbagai pertanyaan yang luar biasa. Kembali sejenak aku melesat pada kejadian semalam, jika aku tidak cukup lama berada bersamanya, bagaimana aku akan bisa menjawab semua pertanyaan ini? Saat bersamanya kemarin, kami sempat diskusi tentang hasil yang ada. Aku menyampaikan berbagai hal, dirinya juga menyampaikan apa yang terjadi dan yang disampaikan dokter yang menanganinya. Dari sanalah aku memiliki bekal yang cukup untuk menjawab dan juga bertanya.

"Sudah melakukan ini? sudah melakukan itu? kondisinya tubuhnya? kurus? gemuk? atau susah makan? istirahatnya bagaimana? dst...." pertanyaan yang meluncur dari si mbak cantik yang menerimaku.

"Iya, mbak aku sudah bertemu dan melihat sendiri hasilnya. Kemarin aku bercerita dan bertemu langsung dengan orangnya, bagaimana kondisinya. Kejadian yang janggal, perubahan2nya termasuk kelancaran bicaranya dan keluhaan yang disampaikannya. Gejala jika kambuh dan sebagainya.... juga.... " aku menjelaskan.

Lalu, berbagai keterangan aku terima dan membuatku semakin yakin dengan keputusanku datang ke tempat ini. Sayangnya saat itu sebenarnya kondisi tubuhku sedang aneh, aku merasa lapar karena memang tidak berani makan sebagai akibat kekacauan sejak semalam. Tapi aku masih bisa bertahan, itu yang kurasakan.

"Ohya, Mbak berapa harganya? Dan berapa yang diperlukan? Terus apa pendukungnya?"
"Satu butir harganya ..... dan diperlukan 3 butir. Lalu untuk melanjutkan atau peningkatan dalam artian membantu memperbaiki fungsi ... bisa ditambahkan .... yang harganya ....," jelas si  mbak.

"Oke, Mbak. Bisa pakai debit kan? Soalnya hanya ada setenganya saja yang tunai,"
"Bisa, Mbak :)"
Lalu si mbak ini menerangkan lagi tentang berbagai hal dan sekali lagi bertanya tentang keadaan dirinya.

"Siapa dia, mbak? Kenapa nggak diajak, biar bisa dilihat juga kondisinya apa memang memerlukan ini atau tidak." pertanyaannya menyentakku.

"Abangku, kemarin aku sudah menemuinya. Beliau nggak bisa pergi jauh tapi semua keterangan itu yang aku dapat darinya." jawabku.
"Oh, semoga ini berjodoh dengannya ya..." ucapnya.
"Aamiin...iya mbak semua khawatir :)"

Lalu transaksi terjadi dan..................

"Mbak, maaf ternyata debitnya hanya BCA kami tidak menerima debit lainnya,"
"Allah....so? berarti aku harus ambil tunai?"
"Iya maaf mbak, ada ATM bersama di samping itu, di minimart."
"hmm...bukan masalah ambilnya mbak, hari ini aku sudah melakukan transaksi pada batas maksimal dan rekening lainnya....aku lupa PINnya. Sudah lama kuisi saja nggak pernah bisa kuambil :)"
"Hehehe, mbak ini kok lucu sih? atau kembali hari Senin saja ya?"
"nah itu dia juga, aku harus bisa mengantarnya besok karena kondisiku sendiri rasanya juga nggak baik :) ohya, apa aku boleh makai yang tambahan tadi?"
"oh gitu...kalau mbaknya nggak boleh pakai itu...yang lain saja :)"
"Hehehe, aku harus dapat uang dulu deh mbak...nanti saja, biar aku keluar dulu ya...aku minta tolong temanku,"

Yup aku keluar dari tempat itu begitu saja menuju minimart yang ternyata benar bahwa di sana ada ATM bersama. Kutimang-timang ATM bisu yang kumiliki karena sekian waktu aku lupa PINnya dan memang nggak pernah kuambil. Bahkan mendadak aku tersenyum karena ingat bahwa dua hari yang lalu ada yang sudah mengisi sekian juta karena dia tahu aku sakit.

"Please... aku sudah mengirim ... juta ke rekeningmu, gunakan uang itu untuk melakukan general check up. AKu nggak mau terjadi apa-apa sama kamu."

Mendadak wajahnya (orang yang transfer itu) yang tersenyum seperti ada di layar ATM hehehe... menertawakan aku yang lupa PIN.

Aku juga tersenyum akhirnya, menertawakan "kegilaanku" sendiri. Demi refresh "kegilaan" aku masukkan saja ATM itu ke mesin dengan mengucap bismillah tentu dengan senyum yang sangat sempurna pada wajah yang ada di layar mesin ATM.

Allahu Akbar ya Kariim.............aku memang tidak mengingat PIN ATM ini, tapi tanganku seperti ada yang menggerakkan begitu saja memencet angka-angka yang ada di mesin.
Dan, aku berhasil masuk? Aku bisa mengambil uang tunai dari ATM ini?

Di antara gugup kaget dan kalimat syukur yang kuucap bergetar aku kembali memencet angka-angka untuk mengambil uang dalam batas maksimal pengambilan. Kuambil lagi untuk kedua kalinya dan terakhir kutekan tombol TIDAK MELANJUTKAN TRANSAKSI. ATM pun keluar seiring kesadaranku yang kembali penuh. Aku yang sudah memegang uang tunai sekian juta...sekian detik masih berusaha mengharmoniskan detak jantungku sendiri.

Bahkan sampai keluar dari tempat itu dengan melunasi semua yang kucari tadi...aku masih belum sempurna memaknai dekapan cintaNya. Ada air mata yang terus kusembunyikan dari teman yang mengantarku. Jiwa-jiwa indah itu seperti mengiringiku dengan senyum mereka dan aku melihat satu jiwa lain tengah diam memandangku.

Keindahan kegiatan di Bali membayang...ah ini jawaban mengapa aku belum diizinkan datang di acara itu. Seandainya aku bisa datang...tentunya  uang itu memang untuk perjalanan ke Bali. Dan begitulah caraNya mendekapku dalam cinta :)

Lalu aku pun sadar bahwa saldo ATMku itu tidak sama dengan apa yang kuisikan selama ini. Bahkan kalaupun ditambah sebesar apa yang dia transfer ke aku...itupun masih lebih. Jika memang ini hasil dari bagi hasilnya....ah itupun tidak akan mencapai jutaan. Karena saldoku memang hanya puluhan juta saja. Artinya siapa lagi yang mengisinya selain dia yang khawatir ketika aku sakit? Aku tercekat sendiri, ingat ketika sebelum kepergianku ke luar kota aku sukaaaaaa sekali bilang...
"Aku mau mencairkan deposito tak berjangkaku ya Allah...terserah deposito  mana yang akan Engkau cairkan untukku. :)"
Hari itu...ternyata Allah mencairkan deposito tak berjangkaku. Dan aku juga tidak tahu deposito yang mana itu?

Aku menuju Grand City untuk makan siang dan gerakan tanganku di mesin ATM tadi...membuatku ingat PIN ATMku itu :)

Lalu di tengah Surabaya yang hangat muncul sebentuk wajah tersenyum menyertai perjalananku...dan aku seperti mendengarnya mengulang kalimat yang pernah diucapkan padaku, 1.000 hari yang lalu.

"Ini rezekinya Mbak Jazim dari Allah, lewat aku :)" ketika itu aku mendapatkan anugerah luar biasa ketika bersamanya.
Dan...
"Sekarang ini rezekinya Panjenengan dari Allah, lewat aku Mas :)"
Kami tersenyum dalam keheningan, begitulah kami berbincang.


Akhirnya malam itu, aku masih harus menjemput pembicara dan tentunya menyiapkan hal tehnis di lokasi acara STM. Aku sudah dalam kondisi baik walaupun secara materi aku tetap tidak baik. Sayangnya aku masih menolak untuk ke UGD. Ketika akan istirahat...kembali apa yang aku makan dan minum langsung dibuang. Dan...saat itu kembali aku ingat, MENGAPA aku tidak merasa LEMAS sama sekali? Padahal secara logika...aku harusnya sudah ambruk.
Aku hanya bisa mengadu padaNya. Melihat semua dengan mata terpejam dalam keheningan. Tidur!

Acara bersama kawan-kawan ini, membuatku harus makan obat pagi itu. Dan saat mobil membawaku ke lokasi...mendadak dadaku sesak penuh cinta. Aku sudah merasakan akan banyak cinta yang menyembuhkanku. Akan ada banyak kebahagiaan hadir di sana dan inilah yang akan menyembuhkanku. Debaranku...terjawab ketika kudekap makna cahaya silaturahim yang dipendarkan saudara2ku yang hadir.
Cinta karenaNya ini...sungguh menyembuhkan :) Kebahagiaan ini sungguh menjadi energi yang menyembuhkan, semestaku harmonis.

Lalu, aku harus mengantar kembali semuanya ke luar kota. Perjalanan materi harus kutempuh lagi untuk menyempurnakan perjalanan spiritual.
 Di sana jiwa yang saling mengasihi akan tahu makna ketulusan dan keikhlasan itu tanpa harus diterjemahkan. Cukup senyum lalu semesta saja yang membahasakan. :)
-----

"Kenapa kemarin aku tampak begitu drop?"
"Karena ada pertukaran energi, artinya ada proses keseimbangan terjadi, kamu terlalu banyak memberikan energi positifmu atau karena dia teramat lemah sehingga menyerap energimu cukup banyak. Dan kamu tidak menyadari sehingga banyak kejadian di luar logikamu terjadi,"
"Tapi sebenarnya kondisiku tidak seperti prasangka mereka, aku hanya melihat ada yg sedang 'TERJADI' antara aku dan orang sekitarku, semesta kami tengah menyeimbangkan diri menjadi semakin harmonis setelah banyak 'kekacauan' "
"ya ya ya...Tuhan telah mengatur semua dengan indah, jalani kekinianmu ya "
"InsyaAllah."

TAMAN HATI
Wherever You Go, There You Are

*tulisan ini pernah diposting di  https://www.facebook.com/notes/10154760601745253/

0 Comments