Kesan pertama begitu....selanjutnya terserah saya donk...



Kelas inspirasi Bangkalan (KIBA 3) pada 27 January 2019 adalah kegiatan kerelawanan pertamaku di Kelas Inspirasi Indonesia. Akhir tahun 2018 aku menemukan informasi tentang Kelas Inspirasi Bangkalan di beranda facebook. Seorang teman mengunggah informasi itu. Sebelumnya aku pernah mendengar tentang Kelas Inspirasi, tapi belum pernah mengetahuinya secara detail. Aku segera mencari informasi tentang apa dan bagaimana Kelas Inspirasi Indonesia itu. Mendadak ada debaran tak biasa ketika membaca detail apa dan bagaimana KI serta keterkaitannya dengan Indonesia Mengajar (Pengajar Muda). 

Seperti terlempar pada sebuah masa, ketika aku berada di posisi "lemah" yang dipikiranku hanya ingin pergi mengabdi sejauh-jauhnya meninggalkan semua kehidupan nyamanku di rumah. Namun, mimpi itu banyak terbentur oleh aturan yang tidak mungkin kuterjang begitu saja dan juga ada jiwa baik yang harus selalu kuperhatikan. Aku seperti mengubur mimpi itu, tapi juga menjadikan mimpi seperti benih yang mungkin bisa tumbuh kapan saja jika ada kesempatan. 

Kembali, Tuhan memelukku dalam pelukan yang teramat hangat. Akhir tahun 2018 itu, aku seperti melihat kejora yang mengerling memberiku waktu menatapnya dengan sempurna. Aku mencoba mendaftar Kelas Inspirasi Bangkalan 3 dengan profesiku di dunia konstruksi sebagai ketua umum asosiasi pengusaha konstruksi tingkat Jawa Timur. 

Walaupun belum tahu apakah aku akan lolos seleksi, tapi sejak itu aku membaca dan mencari informasi tentang kegiatan Kelas Inspirasi di berbagai daerah. Aku memfollow IG banyak Kelas Inspirasi berbagai daerah. Melihat foto dan video kegiatan, juga membaca berbagai pengalaman relawannya. Ketika hari pengumuman tiba dan aku dinyatakan lolos, kemudian mengetahui "lesson plan", aku agak ragu apakah mampu memberikan yang terbaik untuk anak-anak?

Di dunia kerjaku, media apa yang bisa kubawa agar anak-anak mengerti tentang profesiku? Bagaimanapun saat itu aku juga seorang direktur perusahaan kecil tentu segala yang terkait dengan dunia kosntruksi bisa kubawa untuk menyampaikan profesiku kepada anak-anak nantinya. Setidaknya pengalaman pertama ini akan memberikan pelajaran penting bagiku jika kelak mengikuti kegiatan serupa. 

Aku benar-benar memikirkan apa yang harus kusampaikan agar semua meninggalkan kesan mendalam bagi anak-anak. Ingatanku pada helm proyek yang memang di dunia konstruksi memiliki banyak warna sesuai keahlian yang mengenakannya. Tentu tidak terlalu sulit aku mendapatkan helm proyek karena memang ini terkait dunia kerjaku. Kemudian masih ingin memberi "kesan medalam" tadi aku mencari "mainan" yang akan mengingatkan anak-anak pada profesiku. Di sebuah marketplace aku menemukan "peralatan" yang digunakan di dunia konstruksi. Namun, aku harus menyerah karena untuk mendapatkan itu tidak mudah dan butuh waktu lama. 

Selama waktu persiapan yang saat itu juga bersamaan dengan kegiatan yang sudah kusepakati sebelumnya, aku masih mencari apa yang bisa meninggalkan kesan mendalam pada anak-anak. Aku menemukan sebuah hadiah ketika aku mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaanku, sebuah bolpoint mur baut yang benar-benar menarik. Namun sekali lagi untuk mendapatkan itu sungguh tak mudah. Ok, aku tetap bersikukuh dengan bolpoint yang harapanku bisa digunakan anak-anak saat menuliskan cita-cita mereka, dan harus bolpoint yang unik. Saat itulah aku menemukannya. 

Sebuah bolpoint berbentuk kunci. Kunci merupakan satu hal penting dalam dunia kerjaku juga sebenarnya dalam banyak sisi kehidupan. Filosofi itulah yang meyakinkan aku untuk berusaha lebih keras mendapatkan bolpoint bebentuk kunci tersebut. Alhamdulillah aku bisa mendapatkan sejumlah yang kurahapkan. Setelah kuterima kunci itu, kembali aku merasa ada sesuatu yang kurang. Selepas jam kerja aku mencoba membuat kata-kata semangat yang akan kugantung di kunci tersebut. Setelah jadi, kembali dengan apa aku menggantungnya? Ingatanku kembali kepada dunia kerjaku , dan aku menemukan "kabel ties". Ya, kabel ini kuat mengikat demikian seharusnya dalam meraih cita-cita harus kuat dan kokoh. Jadilah sebuah kunci dengan kugantungi kalimat pendek (kata-kata) yang mudah dimengerti anak-anak dalam meraih cita-cita mereka. Aku menyebutnya "KUNCI SUKSES". Ada rasa bahagia tersendiri saat menemukan permainan kecil ini. 

Sejenak, aku menanam harap bahwa kelak jika aku diizinkan melakukan kegiatan serupa ini, maka  permainan "kunci sukses" ini akan selalu menemaniku. Semakin bahagia, ketika melihat binar kejora anak-anak ketika melihat kunci itu. Ada yang takjub melihat kunci indah itu, ada yang teriak histeris ketika tahu bahwa kunci itu adalah bolpoint yang bisa mereka gunakan menulis. 

Kegiatan mengajar kulewati dengan baik. Setelah sekian waktu aku tidak banyak berinteraksi dengan dunia anak-anak, ternyata aku masih diberiNya kemampuan menyampaikan profesiku dengan baik. Anak-anak senang dengan helm proyekku dan segera bisa membedakan profesi apa sesuai dengan warna helm yang mereka kenakan. 

Hari itu, 27 January 2019
Aku banyak diam memperhatikan apa dan bagaimana kegiatan kerelawanan di Kelas Inspirasi. Sungguh aku hanya memperhatikan tanpa sedikitpun bicara. Aku hanya ingin memastikan bahwa kegiatan ini akan membawa manfaat bagi anak-anak dan juga tentu bagiku. Hari itu aku tahu bagaimana yang disebut Hari Inspirasi dan juga refleksi yang sebelumnya sudah ada briefing tentang pelaksanaan hari inspirasi. 
Hari itu, aku mengenal relawan dari berbagai wilayah Indonesia. Hari itu aku merasa bukan memberi inspirasi tapi akulah yang terinspirasi oleh semua yang ada di depanku. Aku memang memilih diam, tapi ada banyak perbicangan dalam jiwaku. Hari itu aku mengevaluasi diri akan apa yang telah kusampaikan. Hari itu aku melihat segala keterbatasan yang tetap menjadi cahaya untuk hal yang lebih baik. 
Pertemuan dengan rewalan, menghadirkan nuansa tersendiri. Aku melihat berbagai profesi yang sebelumnya juga tidak kukenal dengan baik dan dekat. Aku melihat bagaimana seorang apoketer bekerja, dan profesi lainnya. 


Hujan, listrik padam dan banjir

Hal yang tidak akan terlupakan pada pengalaman pertamaku menjadi relawan Kelas Inspirasi Indonesia adalah hujan di bulan January yang begitu erat memeluk tanah Bangkalan waktu itu. 
Perjalanan kumulai selepas subuh dari kota Surabaya. Ya, aku berangkat langsung dari Surabaya karena ada tanggung jawab sangat penting yaitu menyiapkan segala keperluan Bunda sebelum kutinggal seharian di Bangkalan. Surabaya pun diguyur hujan semalaman, bahkan saat berangkat masih ada gerimis menemani. 

Masih cukup pagi saat aku sampai di titik kumpul relawan. Berangkat dengan rombongan belajar SDN Kampak 2 dengan bahagia tanpa memprediksi apa-apa. Dan...ternyata kecamatan Geger itu cukup jauh dari kota Bangkalan. Selama perjalanan relawan fasilitator mulai mengisahkan sedikti budaya di Madura yang terkait dengan dunia pendidikan. Sampai lokasi dengan baik-baik saja, tapi selama perjalanan aku merasakan ada yang aneh. Ya, keanehan itu semakin nyata ketika mendekati dan memasuki halaman sekolah yang kami tuju. 
"Kok tidak ada siswanya ya?" tanyaku tidak sabar. Kami saling pandang. 
"Benar kan, sejak tadi aku tidak melihat anak-anak berangkat sekolah lho selama di perjalanan." tambahku lagi sambil menurunkan media dari mobil. 
Wajah cantik mbak Fasil tampak sendu ketika  menatapku. "Di sini, kalau hujan bisa saja murid-muridnya tidak hadir."
Kami ...semua relawan terngagah. Sungguh aku tidak percaya tapi yang menyampaikan itu adalah fasil yang pesti tahu bagaimana kondisi yang sesungguhnya. 
"Ya Allah...semoga nanti muridnya banyak yang hadir ya." ucap kami hampir besamaan. Lalu bersama mengaamiinkan. Tepat saat kami mengaamiinkan harapan, hujan turun dengan sangat luar biasa dan ibu kepala Sekolah meminta kami segera masuk ruang guru. 

Beberapa saat kami duduk di ruang guru kami diberi kejutan lagi. Listrik padam. Sungguh moment luar biasa kan? Saat aku masih memperhatikan halaman sekolah dan berharap anak-anak akan muncul aku kembali mendapati kenyataan hujan yang begitu deras dan listrik padam. Ada debar tak biasa. Akankah ini menjadi pengalaman pertama yang buruk? Menjadi relawan tanpa ada muridnya? Ada segudang tanya sekaligus resah menyesaki dadaku. 

"Memang seperti ini, kalau hujan siswa banyak yang tidak masuk sekolah. Jalanan menuju sekolah sangat licin karena banyak yang tinggal di atas. Orang tuanya tidak akan mengizinkan. Tapi kemarin sudah disampaikan kalau hari ini ada kelas inspirasi, semoga anak-anak tetap datang diantar orang tua mereka." ujar kepala Sekolah. 
Kami hanya bisa mengaamiinkan dan sungguh di dalam hatiku ada aamiin yang paling aamiin. 

Hujan perlahan reda. Aku melihat gerbang dari balik jendela. Seperti hujan perlahan reda dengan gerimis cantiknya, aku melihat wajah-wajah kecil dengan mata kejora mulai memasuki gerbang. Perlahan satu, dua, tiga dan semakin banyak mata kejora yang masuk. Kami, relawan tersenyum menyambut mereka. Wajah kecil dengan pandangan mata kejora bak putri malu pun mulai menyapa. Aku bahagia....

Di akhir cerita...dari semua rombongan belajar pada Kelas Inspirasi Bangkalan 3, ternyata siswa di sekolahku yang paling banyak walaupun ada sekolah lain yang harusnya jumlah siswanya lebih banyak dari sekolahku. Aku membenarkan apa yang disampaikan oleh fasilitator tentang kondisi di sini jika terkait pendidikan. Kesadaran itu masih jauh tapi bukan berarti tak ada. Seperti halnya SDN Kampak 2 yang kudatangi. Awalnya aku hampir menyerah ketika tidak ada siswa yang hadir, ternyata perlahan mereka datang. Bahkan saat waktu pulang, orang tua mereka ikut menyaksikan keseruan permainan kita di lapangan dan meminta anak-anak untuk mengikuti sampai selesai. Akupun melihat kejora di mata orang tua itu, walau redup termakan rona kehidupan. Andai aku bisa membisikkan kepada mereka, aku hanya ingin mereka memperhatikan pendidikan anak-anak mereka, tidak membiarkan anak-anak berhenti sekolah. Hanya itu yang ingin kubisikkan. 

Setelah refleksi yang kebetulan di letakkan di sekolah yang aku tempati (katanya sekolah itu paling bagus di antara sekolah lainnya dan memiliki tempat yang paling strategis) kami pulang dengan rasa bahagia yang masih berlimpah-limpah. Karena wilayah sekolah yang aku tempati adalah area gunung Geger (Kecamatan Geger) jadi sudah tentu aman dari banjir. Di perjalanan....masih banyak cerita tentang anak-anak. Tentang guru-guru yang ramah menerima kehadiran kami juga tentang ketangguhan ibu kepala Sekolah. 

"Di depan banjir, semua harus hati-hati." sebuah informasi kami terima dan membuat kami terhenyak diam. Tidak terlalu lama setelah ada informasi itu, mobil yang membawaku telah sampai pada lokasi yang di maksud. Aku melihat penduduk berjajar di tepi jalan sedang rumah mereka terendam air. 
"Astahgfirullah...arus airnya sangat deras, semoga kita bisa melewati dan mobil aman tidak sampai mogok." ujar driverku. 
Senyum kami mendadak sirna, kami segera membuka kaca mobil dan menyapa warga yang ternyata mengapa berjajar berdiri di tepi jalan. Ya, mereka membantu kami semua yang melewati jalan itu agar tidak terjerembab masuk selokan. Mereka mengarahkan, tetap menjaga agar kendaraan kami tetap berada di jalan karena arus air yang sangat kuat. Sungguh kebaikan yang tidak akan bisa ditukar dengan uang. Aku melihat Indonesiaku secara tiba-tiba, ya seharusnya begitulah kami tidak tercerai berai karena kepentingan segelintir orang. 

Aku melihat pusaran/arus air yang luar biasa, rumah-rumah penduduk yang terendam dan lautan air yang aku tahu saat berangkat wilayah itu adalah persawahan. Sejauh mata memandang, hanya air dan air. Aku hampir tidak pernah mengalami kejadian semacam ini, tentu ada perasaan takut yang menyelinap begitu saja. Alhamdulillah akhirnya kami selamat melewati wilayah banjir itu.

Apakah semua kejadian di atas membuatku jera? 

Tunggu lanjutan tulisanku ya...

#SetahunIkutKelasInspirasi


Bersama relawan Kelas Inspirasi Bangkalan 3 sesaat setelah refleksi

Karena kondisi cuaca yang kurang mendukung, kami melakukan pembukaan di ruang guru.

Sungguh dalam gelap tetap ada CAHAYA. 

Berbagai rencana sudah disiapkan, tapi kita hanya bisa berencana sedangkan Tuhan selalu punya rencana terbaikNya. Dengan segala keterbatasan, bagaimana kita tetap bisa survive dan bahagia menjalaninya. Di luar rencana, harus bikin acara outdoor dalam kondisi gerimis cantik. 


Bersama para relawan, guru dan siswa siswi SDN Kampak 2 

Pertemuan pertama yang luar biasa. Dalam gelap tanpa lampu, ketika aku pamit mereka berebut menjabat tanganku dan memelukku. MasyaAllah, pengalaman pertama bertemu wajah-wajah indah dengan mata kejora.

Air mata untuk sebuah ketulusan yang anak-anak berikan padaku. Pelukan hangat mereka sungguh menjadi energy positif yang  mengeluarkan kebahagiaan secara berlimpah, seperti hujan kala itu yang enggan berhenti. 

Debut pertama "KUNCI SUKSES" yang pada akhirnya selalu disukai anak-anak juga para relawan. 

Aku meng-Aamiin-kan semua cita-cita indah mereka. 

Namanya Satria, seorang bocah manis yang bercita-cita menjadi Presiden. 

2 Comments

  1. Semoga tahun depan bisa bertemu lagi dengan ibu
    Wanita yg selalu menginspirasi kami

    ReplyDelete