SMK, Bisa!!!!

Perjalananku sebagai relawan pengajar pada kegiatan ALUMNI MENGAJAR di SMKN 5 (STM PEMBANGUNAN) SURABAYA masih kuikutsertakan dalam #SetahunIkutKelasInspirasi. Bagaimanapun, sebagian relawan di kegiatan ini adalah kawan-kawan yang kukenal lewat kelas Inspirasi Indonesia, bahkan mereka juga alumni sekolah ini. 

Menjelang tahun milenium (2000), aku sering datang ke sekolah ini bukan sebagai siswa tapi aku memiliki adik yang sedang menempuh pendidikan di sini. Jadi, jika dikatakan aku tidak ada ikatan dengan STM ini, tentu tidak benar karena aku telah menghirup aroma dinamisnya sejak awal milenial lalu. 

Informasi pendaftaran (kegiatan Alumni Mengajar) ini kuterima dari kawan-kawan Kelas Inspirasi Bojonegoro. Sengaja aku mendaftar walaupun sadar sepenuhnya potensi untuk diterima sangat kecil karena memang aku bukan alumni SMKN 5 (STM PEMBANGUNAN). Tapi, keseruanku saat menjadi relawan di Goes To School KI Bojonegoro di SMKN 1 Bojonegoro, memicuku untuk mananam harap semoga aku diterima sebagai relawan umum di sini. Terlebih lokasinya yang sangat dekat, yaitu Surabaya. Aku tinggal dan bekerja di kota ini. 

Pengumuman lolos di waktu "amazing"

Setelah mendaftarkan diri, aku benar-benar lupa karena saat itu menjelang akhir tahun. Aku lebih fokus pada kesibukan pekerjaan terkait laporan akhir tahun yang selalu 'banyak cerita". Benar-benar sibuk dengan urusan pekerjaan, sampai aku mendapat WA dari panitia bahwa aku lolos sebagai relawan pengajar umum. Senang tentunya, sekaligus bingung karena jarak pengumuman dan pelaksanaan cukup dekat ditambah pekerjaan akhir tahun masih menunggu untuk diselesaikan. Sempat ragu, karena aku harus menyiapkan beberapa hal untuk mengajar yang itu tidak bisa begitu saja kukerjakan jika pekerjaanku belum kelar. 

Keputusan mendadak kuterima di rapat akhir tahun, bahwa kantor diliburkan selama seminggu sejak tanggal 29 Desember dan masuk kembali pada tanggal 6 Januari 2020. Bagaimana harus mengajukan cuti saat hari pertama masuk kerja setelah libur panjang akhir tahun?  Walaupun, mungkin aku cukup bisa melakukan itu, namun etikaku sebagai salah satu pimpinan tentu kurang pas jika aku melakukan itu di hadapan partner kerjaku. 

Ya, justru karena aku bukan staff biasa, melakukan keputusan itu menjadi tidak mudah. Namun, apapun yang terjadi aku harus mengambil keputusan pada hari terakhir bekerja di tahun 2019 itu. Saat itu aku meminta ke panitia bukti bahwa aku lolos selesksi. Bukti ini kutunjukkan kepada pimpinan besar, bahwa aku tidak main-main dengan semuanya. Alhamdulillah aku mengantongi izin untuk bisa menjadi relawan pengajar di kegiatan Alumni Mengajar. Walaupun, aku juga harus bersepakat untuk segera kembali ke kantor secepatnya. Siang harinya aku langsung harus mengikuti agenda kantor yaitu meeting perdana setelah libur akhir tahun, dengan agenda yang cukup melenyapkan senyuman.

Pagi yang hangat penuh semangat di SMKN 5 

Pagi itu, dengan segala yang telah kupersiapkan aku menuju SMKN 5 Surabaya menggunakan taxi online. Masih pagi jalanan lengang, aku tidak terlambat sampai lokasi. Adik-adik juga tampak baru memasuki gerbang sekolah satu persatu. Aku menuju lokasi yang sudah diberitahukan oleh panitia untuk meletakkan barang bawaan dan bersiap menuju lokasi upacara bendera. 

Ah, rasanya pagi yang hangat di awal January itu benar-benar membawa energy semangat yang baru. Wajah-wajah bening itu memancar indah, tawa senyum mereka sungguh mengingatkan aku pada puluhan tahun lalu saat menempuh pendidikan SMA. Berjalan seolah tanpa ada beban apapun dalam menjalani hari. 

Aku bertemu relawan lain yang selama ini hanya bersapa di WAG. Ada beberapa yang pernah kukenal sebelumnya yaitu di kelas Inspirasi. Kami bertemu kepala Sekolah, ketika menuju lapangan untuk mengikuti upacara. 

Ribuan siswa itu mengikuti upacara dengan cukup baik walaupun tetap saja seperti halnya diriku di masa lalu, masih ada siswa yang melakukan kesalahan karena tidak mengenakan atribut sekolah secara benar. Matahari cukup cerah cenderung hangat di bulan Januari yang biasanya basah oleh hujan. Begitulah Surabayaku saat itu, hangat. 
Satu persatu rangkaian upacara kuikuti. Semua agenda yang telah disampaikan di WAG ternyata harus berubah karena ada beberapa permintaan sekolah yang menginginkan pembukaan Alumni Mengajar di lakukan di Aula, bukan lagi di lapangan seperti rencana semula. 

Perubahan rundown secara mendadak ini  tentunya berakibat sedikit kacau jadwal mengajar bagi kami relawan pengajar, karena seharusnya kami sudah berada di kelas pada saat itu. Akhirnya panitia mengambil keputusan untuk sebagian relawan yang jadwal mengajarnya siang agar mengajar lebih awal dan meninggalkan acara pembukaan. 

Aku menjadi salah satu relawan yang memilih meninggalkan lokasi pembukaan acara besar ini. Segera aku mengambil media, dan dengan bantuan OSIS aku menemukan kelas pertamaku yang bisa dikatakan sudah terlambat beberapa menit. 
Saat inilah aku tersadar, ketika benar-benar "kebingungan" mencari lokasi kelas yang dimaksud sesuai jadwal yang kami terima. Aku bukan alumni sekolah ini, tentu tata letak jurusan sekolah ini tidak tahu sama sekali. Ditambah lagi, adik-adik pengurus OSIS yang tidak sejurusan juga ikut sedikit bingung letak kelasnya. 
Wajar sebenarnya, dengan luas sekolah seperti itu dan berbagai jurusan yang ada membuat siswa jurusan tertentu tidak akan mengenali kelas siswa jurusan lainnya. Mungkin sebagian besar meraka hanya tahu "ancer-ancer" sesuai petunjuk arah yang ada di sekolah itu. 

Kelas pertama yang kumasuki adalah jurusan tehnik kimia 4. Murid didominasi siswi namun masih cukup banyak juga siswanya. Di kelas ini, seperti halnya aku pernah mengajar di SMKN 1 Bojonegoro, tentu metode yang aku gunakan juga tidak jauh berbeda. Sedikit saja mengenalkan profesiku sekadar seperti bentuk curiculum vitae. 

Jika di SMK sebelumnya aku banyak menyampaikan tentang proses menjadi diriku yang saat ini. Bagaimana meraih mimpiku sampai Tuhan menjawab doaku berada di dunia konstruksi, karena jurusan mereka memang mengarah pada segala proses menjadi apa nantinya. Yang kuhadapi saat itu adalah adik-adik kelas XI. 

Sedangkan di SMKN 5 ini, aku banyak menyampaikan pengalamanku sebagai konsultan manajemen dan juga HRD karena yang aku hadapi adalah mereka yang sudah menjelang lulus dari SMK (kelas IV). Aku banyak menyinggung persiapan mereka menghadapi kehidupan yang sesungguhnya selepas sekolah. Bagaimana menghdapi interview saat kali pertama melamar kerja, bagaimana jika harus melanjutkan kuliah atau bahkan jika mereka memutuskan untuk membuka usaha. 

Perbedaan cukup mencolok kulihat saat berhadapan dengan anak-anak SMKN 5 Surabaya ini. Hampir 4 kelas yang kuajar (akhirnya aku benar-benar harus mengajar maraton 4 kelas) yang berada di kelas memperhatikan dengan cukup baik. Aku tahu ada beberapa siswa yang memang tidak masuk kelas saat jeda pergantian pengajar, saat aku berjalan menuju kelas mereka. Tapi sekali lagi tentu aku tidak punya hak untuk memaksa mereka mengikuti kelasku. 

Dan melihat mereka, tentu aku melihat wajahku sendiri semasa SMA. Dulu aku juga dengan terang-terangan izin ke guru yang tengah mengajar untuk ambil wudhu alasan mengantuk (aku sekolah di SMA pesantren, jadi kalau ada yang ngantuk biasanya di suruh wudhu. Aku malah lebih dulu izin ambil wudhu karena tidak menyukai cara guru yang mengajar) dan tidak kembali ke kelas sampai waktu pelajaran itu habis. Kemana aku saat itu? Mojok di mading sekolah, atau perpustakaan. Tidak ke kantin? Sekolahku saat itu tidak ada kantin, yang ada warung di luar sekolah dan tentu tidak akan bisa keluar karena akses keluar sekolah ditutup selama jam belajar. Kebengalan yang kulakukan sendirian itu selalu berujung di ruang konseling. Entah, aku tidak pernah bosan masuk ruangan itu dan mengulangi perbuatanku yang hampir sama itu tanpa jera. 
Pihak sekolah waktu itu mungkin "galau" walaupun aku jarang mau masuk kelas, tapi jika ada tugas aku selalu mengumpulkan yang pertama bahkan hasil ujian pun aku selalu di atas rata-rata. Kelakuanku saja yang membuat semua geram. Pihak sekolah tidak tahu, jika aku membolos pulang, ketika teman-temanku sudah pulang aku akan segera mendatangi salah satu dari mereka (teman baikku karena menurutku dia lebih bisa menerangkan daripada guruku). Aku akan belajar padanya hingga aku mengerti. Terlebih, Tuhan menganugerahiku suka membaca yang saat itu tidak semua temanku memiliki "keistimewaan" itu. 

Demikianlah aku melihat adik-adik yang ada di SMKN 5 Surabaya ini. Terlebih saat aku berada di jurusan tehnik mesin dan tehnik bangunan. Saat di tehnik kimia, yang mayoritas muridnya perempuan aku mungkin lebih mudah masuk ranah "kekhususan" sebagai perempuan. Dan hampir sama dengan SMKN 1 Bojonegoro, aku menemukan banyak murid berkerudung di sini. Artinya apa? Aku lebih bisa menyampaikan tentang potensi perempuan muslimah yang harus dioptimalkan. 

Usia mereka yang sudah menjelang dewasa, membuatku lebih mudah untuk melemparkan pertanyaan-pertanyaan yang membuat mereka diam berfikir. Pertanyaan yang sebenarnya hanya bisa dijawab oleh masing-masing orang. 

Konsep kejujuran dan tanggung jawab aku sampaikan dengan contoh pekerjaanku di dunia konstruksi. Gelak tawa mereka mendengarkan, beberapa contoh tentang "makan aspal", makan selokan" bahkan "makan bandara". Tapi mendadak terdiam ketika kusampaikan bahwa dari cerita itu kita banyak belajar tentang arti kejujuran dan tanggung jawab. Point per point kusampaikan sesuai pengalaman kerjaku. 

"Punyai keahlian khusus, jika kalian tehnik listrik punyai satu value yang tidak dimiliki orang lain. Buat dirimu dikenal "wah kalau urusan itu hanya si X yang ahli." Namun, jangan membuat dirimu sombong dengan keahlian yang tidak dimiliki orang lain itu. Juga, jangan lupa untuk mengetahui hal lain sebagai pengetahuan, karena kalian berada di era yang berkembang secara cepat. Jadi, harus tetap update segala perkembangan." 

"Cintai apa yang kalian kerjakan ketika kalian memutuskan untuk menjadi karyawan, bawahan yang tentu digaji orang lain. Jika berani mengerjakan yang kalian cintai saja, artinya kalian harus menjadi ahli atas itu. Semua pilihan itu butuh proses, butuh kerja keras, butuh perjuangan dan pengorbanan. Tidak ada yang instant untuk sesuatu yang bernilai lebih."

"Bu Ima bisa dan berani berada di depan kalian saat ini, karena telah melaui proses panjang. Bu Ima ingin berbagi pengalaman, berbagi cara atau apalah namanya, untuk menjadi sedikit bekal kalian menghadapi dunia kerja setelah ini. Dari pengalaman melakukan interview karyawan baru, tanyakan apa yang masih belum kalian pahami." 

Aku menjelaskan tentang proses interview (pengalaman melakukan interview calon karyawan dari berbagai jenis perusahaan) ini kusampaikan saat berada di kelas tehnik listrik dan bangunan. Anak-anak yang awalnya tidak peduli keberadaanku, akhirnya memperhatikan masalah ini, bahkan berani bertanya. 

Proposal Kehidupan 

Panitia membagikan lembaran yang harus diisi oleh siswa  dan dibawa oleh relawan pengajar di sesi terakhir. Lembaran itu bernama proposal kehidupan. Aku masih ingat jauh sebelum ini, aku pernah menulis proposal sejenis ini kepada Tuhan, aku menyebutnya sebagai surat cintaku untuk Tuhan. 

Aku menyampaikan sesuai petunjuk panitia dan anak-anak manis itu awalnya ogah-ogahan mengisi. Ketika kusampaikan bahwa semua akan dikumpulkan, dan mungkin akan mendapatkan arahan selanjutnya tentang apa yang mereka tulis, beberapa mulai bertanya dengan serius apa yang harus ditulis. 

Aku menyampaikan hal sederhana "apa yang dalam waktu dekat ini kamu inginkan, apa yang dalam jangka tertentu ingin kalian raih, apa yang benar-benar menjadi impian besar kalian menjalani hidup ini?" Aku merasakan hening ketika ternyata mereka akhirnya bisa menulis apa saja yang ada di benak mereka. 

"Bu, kalau mau HP baru, mau dapat pekerjaan setelah lulus, mau kuliah boleh ya?" 
"Boleh... apapun itu direnungkan sejenak, lalu tulis dengan sungguh-sungguh. Dari semua yang kalian tulis kalian tidak tahu mana yang akan dikabulkan Tuhan. Harapan terdekat tidak dikabulkan tapi ternyata harapan lebih tinggi yang dikabulkan lebih dulu, demikian juga bisa sesuai itu. Satu hal, genggam erat impian kalian, bekerja keraslah untuk meraihnya, nikmati prosesnya, jangan takut atau merasa lelah dan serahkan pada Tuhan untuk mewujudkan semua, terimalah apapun hasil terbaiknya." 

Semua ucapanku sebenarnya kembali pada diriku sendiri. Ya, dalam kondisi berada di titik rendah kadang apa yang kisa sampaikan ke orang lain juga menjadi pengingat diri. Bukankah memang sejatinya selalu seperti itu? Ketika kita bicara sebenarnya itu  sebagai pengingat diri. 

Hari itu, rasanya aku dilimpahi energy kebaikan yang datang berduyun-duyun memenuhi hatiku. Mengahdirkan semangat baru, tepat di awal tahun 2020. Semangat mereka, semoga seindah itu pula masa depan mereka. Sayangnya aku harus pulang, karena sesuai janjiku pada pimpinan bahwa aku tetap harus melakukan meeting awal tahun di hari pertama bekerja. Semoga masih bisa bertemu kembali...dalam kondisi lebih baik. 

Bersiap mengikuti upacara bendera, bersama adik-adik 

Beberapa hal yang perlu aku sampaikan, jika ada acara serupa (sepertinya para alumni hebat itu akan menjadikan ALUMNI MENGAJAR sebagai kegiatan rutin tahunan), maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dengan baik. 
  1. Sebaiknya diperketat "proses" seleksinya, dengan mengambil alumni (relawan umum) yang susuai dengan jurusan walaupun saat ini tidak bekerja sesuai jurusan mereka saat di STM/SMK 5 Surabaya. Karena secara psikologis akan tercipta ikatan emosional yang sama, minimal karena pernah berada dalam ranah pengetahuan yang sama. Terlepas saat ini para alumni itu bekerja tidak linier dengan jurusannya semasa menempuh pendidikan di STKN 5 (STM Pembangunan). Jika relawan umum, mungkin bidang kerjanya saat ini yang diperhatikan. 
  2. Melihat point (1) tentunya pembagian relawan yang mengajar di kelas benar-benar (diupayakan untuk disesuaikan) terlebih pada jurusan yang lebih spesifik dalam bekerja di masa depan. Jurusan tehnik kimia, akan menjadi jurusan yang sangat fleksible dalam menghadapi dunia kerja karena bisa masuk diberbagai sektor. Sehingga siapapun relawan (apapun pekerjaannya) bisa mengisi di jurusan ini. Kemarin sepertinya di SMKN 5 ini ada jurusan alat berat, jelas untuk masuk di kelas ini diperlukan relawan/alumni yang memang ahli di bidang ini atau pekerjaannya banyak bersinggungan dengan alat berat. Bisa sebagai ahli K3 Konstruksi, atau Asesor alat berat. Jadi siswa benar-benar diberitahu dunia kerja mereka nantinya jika memutuskan masih bekerja secara linier. 
  3. Jika memungkinkan, alumni yang punya perusahaan bisa melakukan semacam kuliah umum untuk adik-adik di jurusan yang terkait dengan perusahaan yang dipimpinnya secara berkala. Tentunya hal ini harus dibicarakan secara baik dan benar kepada pihak sekolah. (Ketua alumni yang bertanggung jawab tentunya). Adik-adik diberikan pengetahuan, tentang apa dan bagaimana dunia kerja yang sesungguhnya di bidang mereka. Harapannya, mereka bisa membekali diri menghadapi segala tantangan, setidaknya punya pengetahuan untuk itu ari alumninya sendiri. Sepertinya memang banyak alumni yang sudah melakukan banyak hal positif untuk sekolah ini. 
  4. Relawan di Alumni Mengajar (apapun bentuk dan istilahnya) perlu diberikan semacam modul/panduan tentang apa yang harus disampaikan kepada adik-adik. Sehingga semua relawan memiliki koridor yang sama dan tentunya output yang dihasilkan (diterima adik-adik) tidak jauh berbeda. Modul itu harus dibawa oleh relawan, dan selanjutnya relawan bisa membuat semacam lesson plan tentang apa saja yang akan disampaikan kepada siswa terkait dengan dunia kerjanya saat ini. Panitia diupayakan bisa mengetahui lesson plan yang dibuat relawan. Sekali lagi supaya relawan tetap fokus pada tujuan yang ingin dicapai bersama (panitia dan sekolah) yang semata untuk kebaikan adik-adik. 
  5. Koordinasi yang baik antara panitia dan pihak sekolah (tidak hanya kepala sekolah dan ketua jurusan) tetapi juga dengan semua guru (pengajar). Sinergi yang baik antara relawan dan guru (pengajar) tampaknya diperlukan. Itulah yang di point sebelumnya saya sampaikan relawan perlu membuat lesson plan dan jika memungkinkan guru juga mengetahui lesson plan itu. Setidaknya kepedulian guru terharap masadepan anak didiknya  di dunia kerja, perlu diikut sertakan saat acara semacam Alumni Mengajar ini. 
  6. Semoga kita tidak pernah lelah berbagi kebaikan kecil untuk semesta dengan cara apapun yang bisa kita lakukan. Abadi kerelawanan...abadi berbuat baik.. 
  7. Terimakasih untuk sehari yang penuh energy positif yang teman-teman berikan (Panitia dan Relawan), membuat saya semakin sadar untuk terus berbuat kebaikan kecil di mana pun saya berada. Terima kasih pihak sekolah yang telah menerima kami semua dengan baik. Terima kasih untuk adik-adik hebat SMKN 5 Surabaya. 
  8. Terima kasih untuk persaudaraan yang indah, walaupun saya bukan alumni (hanya punya adik yang alumni). Saya telah diterima dengan baik, dengan suka cita. 
  9. SMK Bisa, SMK Hebat!  
Relawan, mereka adalah keluarga baruku di sini. Seperti halnya saat menjadi relawan pengajar di kelas inpirasi Indonesia, tentu awalnya aku tidak mengenal mereka. Namun setelah bertemu, mendadak saja kami menjadi layaknya saudara. Apalagi ketika mengenal alumni STM pembangunan yang datang rata-rata adalah orang sukses di bidang masing-masing. Aku belajar tentang baikan yang mereka bagi, tentang semangat berbagi yang melekat di jiwa mereka. 


Langit yang indah, semoga demikian juga masa depan adik-adik di sekolah ini 


Bersama relawan Alumni Mengajar dan Guru SMKN 5 Surabaya. Aku bersama orang-orang baik berenergy baik. 

Panitia bersama adik-adik OSIS 


#SetahunIkutKelasInpirasi #SMKN5Surabaya 

2 Comments

  1. Kereeeennnn 🤩🤩🤩

    Terima kasih banyak atas segala kontribusi yang teramat luar biasa dari njenengan. 🙏

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama, Mas. Saya juga berterima kasih karena diterima menjadi bagian dari keluarga Alumni Mengajar

      Delete