#masaksendiri #pandemi #stayhealthy #olahansederhana #meditasi #art #keringtempe #kulitmelinjo #lentreh #mochi #kimchi #saladprobiotik #granola
COOKING IS A MARRIAGE OF ART AND SCIENCE
What? Kenapa juga judul tulisannya begitu mbak Jazim? Libur Idul Adha, aku membuka harddisc melihat foto-foto perjalananku dan menemukan satu foto menarik ini. Ingat beberapa masakan yang sebelum ini hanya menjadi wacana, akhirnya bisa kumasak saat pandemi. Walaupun tidak semua bisa kudokumentasikan di blog ini, setidaknya kelak aku akan mengingat kembali bahwa sisi positif (bagiku) dari adanya covid19 ini adalah mematahkan apa yang sekadar wacana.
Foto koleksi pribadi: Perpustakaan Nasional Singapore |
Pandemi ini, bagaimanapun kita harus bisa mengambil sisi positifnya dengan bahagia, serta menerima sisi negatifnya juga dengan rasa penerimaan yang baik. Secara pribadi, ada banyak hal yang harus aku syukuri dalam menjalani kehidupan saat pandemi. Beberapa hal yang hanya wacana selama ini, bisa menjadi kenyataan justru saat pandemi. Namun, ada juga banyak hal yang harusnya bisa dilakukan secara normal, tidak lagi bisa dilakukan.
Perubahan, itulah yang harus terjadi selama pandemi. Apa saja yang berubah? Banyak sekali, bahkan seluruh sisi kehidupan kita mau tidak mau harus diubah. Nah, ada beberapa kegiatan selama lebih banyak tinggal di rumah bisa kulakukan. Salah satunya adalah memasak sesukaku atau mengeksekusi 'kumpulan resep' yang selama ini rasanya memang sekadar wacana. Atau malah berkreasi dengan masakan sederhana yang selama ini aku masak secara biasa saja.
Satu Bumbu untuk Segala
Kali ini, tentang 'satu bumbu' yang kugunakan untuk banyak aneka masakan sederhana yang enak dinikmati dan mudah dibuat. Tidak pakai ribet, serta murah meriah semua suka. Berbekal bumbu: Bawang Putih, Bawang merah (jika suka), gula (merah), cabe, daun jeruk, garam dan penyedap (jika suka) aku membuat beberapa masakan. Resep utuhnya gimana? Ya takarannya pakai feeling saja sih hehehe. Aku diajari masak ini tentu oleh almarhumah Bunda. Selama beliau masih bersamaku, setiap masak aku cenderung segala sesuatunya meminta pertimbangan atau bahkan yang meraciknya. Nah, sekarang tentu aku harus mengeksekusinya sendiri.
Kering Tempe
Kering Tempe
Makanan ini, dulu pernah menjadi bekalku ketika kembali ke pesantren. Bunda akan membuat kering tempe ini, atau kadang jika ada rezeki tempenya diganti ikan teri. Atau bisa juga campuran tempe dan ikan teri. Kering tempe ini sangat cocok berteman dengan banyak makanan. Dia bisa disajikan sebagai teman nasi campur, nasi pecel, nasi rames atau lainnya. Terlebih hampir setiap kalangan menyukai makanan ini.
Keripik Kulit Melinjo
Nah, ini agak berbeda. Aku memang kenal kulit melinjo tapi bukan makanan yang biasa kami makan selama ini. Beberapa tahun lalu saat aku liburan di Yogyakarta, aku disuguhi keripik kulit melinjo ini. Ada yang dibuat seperti sambel goreng kentang, dan ada juga yang di goreng kering seperti keripik pada umumnya. Aku baru tahu rasanya yang ternyata enak, karena perpaduan aroma khas melinjo dan garamnya. Sesampai di Surabaya, aku mulai menyukai keripik melinjo dalam bentuk keripik, tentu dengan menggorengnya sendiri. Suatu ketika, aku mencoba membuat keripik melinjo berbumbu layaknya kering tempe yang selama ini sudah akrab dengan lidahku. Hasilnya? Ternyata luar biasa, lebih enak karena perpaduan khas melinjo dan bumbu-bumbu yang meresap.
Sambel Graguh
Untuk makanan ini, juga bunda yang mengajariku. Keluargaku sangat menyukai ini. Aku tidak begitu menyukai udang, tapi senang dengan udang kecil-kecil yang sering disebut graguh atau rebon ini. Setelah dibersihkan, digoreng kering renyah baru diberi bumbu yang sama untuk kering tempe atau kulit melinjo. Masakan ini sangat enak dimakan dengan nasi hangat, apalagi jika sambel graguh ini dibuat pedas. Setelah beralih pola makan, aku menimati sambel graguh ini untuk melahap aneka sayuran yang kumakan. Tentu semakin nikmat dan baik untuk tubuhku.
Untuk makanan ini, juga bunda yang mengajariku. Keluargaku sangat menyukai ini. Aku tidak begitu menyukai udang, tapi senang dengan udang kecil-kecil yang sering disebut graguh atau rebon ini. Setelah dibersihkan, digoreng kering renyah baru diberi bumbu yang sama untuk kering tempe atau kulit melinjo. Masakan ini sangat enak dimakan dengan nasi hangat, apalagi jika sambel graguh ini dibuat pedas. Setelah beralih pola makan, aku menimati sambel graguh ini untuk melahap aneka sayuran yang kumakan. Tentu semakin nikmat dan baik untuk tubuhku.
Aneka kue sederhana
Pola makanku yang tidak banyak mengkonsumsi tepung-tepungan, benar-benar agak berantakan ketika masa pandemi ini. Ada berbagai resep makanan (cemilan) sederhana yang akhirnya kucoba untuk membuat sendiri. Aku masih bisa membatasi diri untuk mengkonsumsinya secara wajar saja (sedikit) tidak berlebihan meskipun aku yang memasaknya.
Talam Beras
Siapa yang tidak kenal kue ini? Waktu kecil aku mengenal kue ini saat berkunjung ke rumah bunda di Gresik kota. Ya sejak bayi aku tinggal sama kakek nenek di desa. Jika libur sekolah, aku akan dibawa ke kota dan saat itulah aku bisa memilih kue ini. Waktu itu kue ini dipotong kotak-kotak dan tentu taburan bawangnya sangat sedikit. Aku menyukainya. Sekarang, penyajian talam beras sudah sangat bagus dan juga menjadi jajanan yang dikenal juga disukai banyak orang. Aku mencoba membuatnya sendiri dengan memakai resep yang ada di YouTube.
Talam Singkong
Masih dalam kerabat kue talam, kalau ini berbahan singkong maka orang menyebutnya juga kue talam singkong. Jajanan tradisional ini, memadukan rasa manis gula merah dan gurih legitnya santan. Perpaduan yang unik dan nikmat di lidah. Sama, aku memasak ini sesuai resep yang kudapatkan di YouTube.
Mochi
Kue yang awalnya dari Jepang ini (eh benar ya?) baru kukenal setelah aku menginjakkan kakiku di kota metropolitan Surabaya. Itupun membelinya dengan harga yang cukup fantastis. Nah, ketika lagi viral masalah klepon, aku justru terbesit untuk membuat mochi yang secara garis besar memiliki bahan yang tidak jauh berbeda dengan klepon. Kembali berbekal resep dari Youtube, ternyata proses pembuatan mochi tidak terlalu rumit bahkan cenderung gampang dengan hasil yang memuaskan. Aku tersenyum sendiri saat selesai membuat dan mencicipi apa yang telah kubuat itu. Selama ini, aku membeli mochi dengan harga fantastis, ternyata proses membuatnya sangat mudah, bahkan bisa berkreasi sendiri isian yang kita inginkan.
Lentreh
Jajanan jadul ini mungkin tidak begitu familiar di masyarakat selain di sekitaran Gresik Jawa Timur. Padahal makanan tradisional ini sangat enak dengan aroma khasnya yang keluar dari perpaduan tepung ketan sangrai, parutan kelapa dan gula. Atau jika di daerah lain memang ada, mungkin namanya berbeda. Aku pernah tahu ada makanan sejenis dikirim dari saudara yang tinggal di Sulawesi, namun bahan dasarnya adalah beras biasa bukan beras ketan yang selama ini aku kenal. Aku diajari membuat ini saat masih tinggal sama nenek. Kemarin saat membuat ini, aku agak lupa apakah yang disangrai itu beras ketannya atau tepung ketannya. Akhirnya aku menghubungi saudara yang masih kenal dengan jajanan ini dan menanyakan mana yang benar. Ya karena entah sudah berapa lama aku tidak menikmati atau membuat jajaan ini. Jajanan ini biasa hadir saat ada hajatan, atau lebaran (itupun sangat jarang bahkan saat ini tidak ada lagi).
Cilok
Makanan ini aku tidak tahu pasti berasal dari daerah mana awalnya, karena hampir di semua tempat orang mengenalnya dengan berbagai vasiasinya. Walaupun terkesan sangat mudah membuatnya, ternyata tidak semua orang berhasil dengan baik. Susah-susah gampang istilahnya. Tinggal kreasikan sendiri cilok ini mau diisi apa? Bisa juga dinikmati seperti itu tanpa isian. Kebetulan aku mengisinya dengan abon ayam, ya karena bahan itulah yang ada di dapur.
Bolu Kukus
Kue satu ini, benar-benar sederhana tapi karena kesederhanaannya tidak semua orang berhasil pada percobaan pertama. Perlakuannya terlalu sensitif hehehe...tapi jika sudah mulai mengenali proses pembuatannya dengan baik, maka sudah dipastikan hasilnya adalah kue yang sangat luar biasa. Ini pun bukan percobaan pertamaku dan menurutku masih belum berhasil dengan baik atau lebih sempurna.
Aneka Puding
Puding Zebra
Kali pertama membuat puding ini adalah saat tahun baru 2020. Sengaja membuat untuk saudara yang biasanya datang ke Surabaya pada pergantian tahun. Resep yang kupakai adalah resepnya mbak cantik Farah Quinn. Ketika melihat hasilnya senang banget, termasuk vlanya yang kubuat tidak terlalu manis menjadi sangat pas disajikan bersama pudingnya. Setelah percobaan pertama itu, aku sudah berkali membuatnya dan setiap orang menyukainya.
Puding Roti Oreo
Berbahan hampir sama dengan puding zebra, tinggal aku tambahkan biscuit oreo yang disukai anak-anak. Alat utamanya tentu blender untuk menghaluskan roti serta bahan lainnya sebelum direbus dan dicetak.
Sebenarnya puding roti ini, bisa banyak berkreasi sesukaku. Ada yang tanpa menggunakan blender, ada yang dikukus juga. Misal jika waktunya membuat minuman untuk security perumahan, maka makanan yang sangat mudah kubuat ya puding ini selain pisang goreng tentunya. Sekadar memotong roti dan menyiramnya dengan agar-agar, susu dan gula kemudian mengukusnya.
Puding Pelangi
Setelah 5 bulan tidak keluar Surabaya, awal July lalu aku memutuskan pulang dan mengambil cuti 5 hari. Salah satu oleh-oleh yang kubuat untuk ponakan tercinta adalah puding pelangi ini. Alhamdulillah semua suka bahkan akupun membawanya untuk bapak. Kukerjakan selesai kerja dan menumpuknya laporan akhir bulan ternyata hasilnya sangat membahagiakan. Bahan-bahan yang digunakan juga biasa saja (mudah didapat) hanya butuh kesabaran (waktu) untuk memprosesnya.
Aneka makanan kering
Sumpia
Berbahan mudah didapat, membuat cemilan ini sangat menyenangkan. Dulu, almarhumah Bunda sangat menyukainya, tapi entah kenapa saat itu aku tidak pernah mencari resep untuk membuatnya. Sekarang malah aku bisa membuatnya tentu dengan bahan-bahan pilihan yang baik. Perpaduan kulit lumpia (lumpia semarang--tipis ya) dengan udang rebon yang aku campur dengan abon sapi. Digoreng pun dengan minyak kelapa, sehingga walaupun ini bukan cemilan ideal setidaknya berbahan yang aku ketahui semua.
Kacang sembunyi
Cemilan ini juga kubuat karena sangat mudah membuatnya dengan bahan yang sekali lagi sangat mudah kudapatkan dan relatif murah tanpa ada risiko gagal fatal. Kacang sembunyi, disukai oleh para penyuka aneka kacang dan tentu cemilan manis. Bermodal kulit pangsit, kacang tanah sangrai, minyak goreng dan gula jadilah camilan renyah ini.
Granola
Jika kebanyakan granola dibuat untuk sarapan dengan dinikmati bersama susu segar, aku membuat granola ini sebagai makanan ringan di siang atau senja hari. Dinikmati bersama minuman rempah yang hangat adalah pilihan terbaik bagiku menikmati aneka biji-bijian ini. Ya, sebagian orang mengatakan granola berbahan mahal. Namun, jika dilihat kandungan apa di semua biji-bijian itu untuk kesehatan kita, tentu tidak ada kata mahal kan?
Aneka makanan lainnya
Salad probiotik
Lagi-lagi pandemi membuatku lebih rajin belajar banyak hal dari orang-orang baik yang berkenan berbagi pengetahuan. Aku menjadi biasa memperhatikan medsosnya mereka dan bisa banyak belajar tentang hal baik juga. Sejak menjalani pola makan yang saat ini kulakukan, aku memang (semakin) suka dengan rawfood. Iya...karena rawfood tidak usah ribet bikin bumbu macam-macam kan? Bisa, memang karena alasan itu ya, tapi bagiku lebih pada manfaat yang kurasakan dengan banyak mengkonsumsi rawfood secara benar. Pola makanku banyak yang mencela terlalu ribet, tapi coba renungkan sesaat saja...lebih ribet mana pola makan yang harus mencari padu padan? Menu ini cocok dengan ini. Menu itu harusnya dikombinasi dengan ini itu.
Beda banget dengan yang kujalani, aku bisa menikmati apa saja tanpa harus 'terluka' oleh pakem-pakem yang selama ini diyakini masyarakat kita. Cukup memegang erat makan buah dan sayur secara baik dan benar. Tidak memadukan sumber karbohidrat utama dengan sumber protein hewani, itu saja sih. Dimana ribetnya? Semua menjadi ribet karena selama ini kita terbiasa dengan hal-hal yang sudah dianggap wajar dan lumrah. Bagiku untuk menjadi lebih baik (menjaga sehat) tentu harus ada usaha kan? Salah satu usaha secara materi yang kulakukan adalah menjaga pola makanku sendiri.
Kimchi
Nah, pandemic juga membuat sebagian orang menjadi pencinta drama Korea ya? Hehehe sayangnya aku kurang begitu suka menikmatinya. Apakah aku membenci drama Korea? Tidak juga, aku pernah lihat beberapa drama Korea tapi bukan yang tayang tiap hari di televisi, melainkan lewat mobile TV berbayar. Beberapa aku menyukainya bersama dengan drama-drama dari negeri tirai bambu. Aku suka pemerannya yang cantik-cantik dan tampan dari beberapa yang sudah kutonton. Siapa saja mereka mbak Jazim? Jangan ditanya namanya ya hahaha. Nah itu ...ternyata hal pertama yang aku baca adalah sinopsisnya baru melihat siapa pemerannya. Tapi yang utama sih sinopsinya ya. Jika dirasa ada hal yang bisa kuambil pengetahuannya, aku pasti melihatnya terlebih jika ada actor atau aktris yang sudah familiar bagiku.
Contoh kisah tentang strategi manajemen perusahaan, betapa bahayanya depresi adalah kisah yang aku sukai. Bahkan bisa juga kisah yang diadaptasi dari buku atau pemerannya selalu membawa buku yang sudah pernah kubaca.
Kembali ke masakan ya...karena sering melihat dan mendengar dari mereka yang demam segala macam per-Korea-an, aku mencoba membuat Kimchi. Tapi tanpa menggunakan udang fermentasi dan masih menggunakan saus ikan. Jadi bukan Kimchi vegetarian ya...dan aku mengambil resepnya youtuber dari Korea juga.
Heran saja melihat beberapa orang begitu gandrungnya dengan segala yang berbau Korea sampai makanpun harus bersinggungan dengan yang Korea.
"Kamu makan kimchi itu karena tahu manfaat Kimchi atau karena berasal dari Korea?"
"Hahaha...karena dari Korealah, rasanya ndak enak banget, perutku selalu menolak setelah aku makan. Di foto-foto saja makan menu Korea kan instagramable, Mbak."
Duh...ya Allah tertegun aku bertemu pola pikir begitu. Tapi ya sudahlah..itu urusan dia bukan urusan Jazim. Sedangkan aku melihat kimchi dari sisi "manfaat makanan fermentasi untuk kesehatan", ya jauh banget kita hehehe.
Mungkin cukup yang bisa kutulis untuk saat ini. Selama pandemi ini ada banyak makanan yang telah kuolah dengan riang bahagia. Ada berbagai olahan dari pepaya muda, juga tentu olahan berbahan ikan. Bagiku memasak itu bisa menjadi semacam meditasi yang membuat hati dan jiwaku bahagia. Banyak energy positif kudapatkan dengan memasak. Tidak jarang saat memasak adalah saat melatih meditasi kekinian, ya selalu dalam kondisi "saat ini". Ah, itu kan mudah sekali, Mbak Jazim?
Ya...mungkin bagi Anda, berada dalam kondisi saat ini yang stabil itu sangat mudah, belum tentu bagiku kan? Makanya momen memasak bagiku adalah saat tepat merawat moment saat ini agar aku senantiasa dalam kondisi sadar (waspada).
Memasak, juga membuat pengetahuanku bertambah dalam beberapa hal. Informasi yang kuterima, kubaca tentang apa yang kumasak tentunya menjadi sisi positif lain yang tidak kalah baiknya untuk asupan jiwaku. Contoh saja ketika aku membuat Kimchi. Aku akan membaca banyak hal terlebih dahulu tentang Kimchi sebelum membuat, demikian sebagian masakan yang lain.
Akupun menjadi sangat suka memotret apa yang sudah berhasil kumasak (kuolah/kubuat). Mencari komposisi cahaya agar menghasilkan foto yang baik tentu membutuhkan keterampilan dan kemauan serta rasa keindahan. Walaupun sangat sadar hasil fotoku juga masih biasa bahkan jauh dari sempurna bagi mereka yang ahli di foodfotografi. Aku akan terus belajar tentunya.
Jadi.....tidak berlebihan jika tulisan ini kuberi judul "Cooking is a marriage of art and science" terinspirasi dari foto yang kuambil saat berada di perpustakaan nasional Singapore waktu itu.
Mari memasak dengan bahagia...
0 Comments