Kali ini kembali aku menulis karena terinspirasi foto perjalananku ke Singapore beberapa tahun silam. Setelah tulisan sebelumnya COOKING IS A MARRIAGE OF ART AND SCIENCE  yang juga terinspirasi dari foto selama perjalanan ke Singapura. Rindu melakukan perjalanan maka aku membuka kembali foto-foto yang ada di hardisck. Setidaknya saat melihat semua aku seperti menyusuri (dan merasakan) kembali jalanan yang pernah tertempuh oleh kakiku yang jauh sebelumnya lebih sering memucat. Kaki yang pernah kuragukan sendiri akan mampu menapaki sudut-sudut bumiNya, ternyata malah dikuatkanNya menapaki banyak sudut bumi dengan sepenuh cinta. Kaki yang (dulu) lebih sering memucat kemudian berdarah-darah pada akhirnya menemukan titik indahnya menjadi lebih sehat dan kuat dengan menempuhi perjalanan karenaNya. Tulisan ini pun, untuk menjaga konsistensi pada diriku sendiri untuk terus menulis. Walaupun bulan sebelumnya (February) aku benar-benar menyerah, karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk menulis satupun tulisan yang bisa aku upload. Ada banyak hal yang lebih penting untuk dikerjalan terlebih dahulu. Mudah-mudahan setelah ini aku tetap bisa 'menjaga' diri untuk terus menulis. Aamiin.

Foto itu (tulisan yang terbaca dan kujadikan judul tulisanku kali ini) di bawahnya tertulis nama Derek Walcot. Ada yang kenal siapa beliau? Walaupun aku belum pernah membaca karyanya, tapi melihat nama itu tertulis di sana, akhirnya aku mencari informasi siapa Derek Walcot? Ternyata Derek Anton Walcot adalah peraih nobel sastra tahun 1992 lewat karyanya OMEROS. Lewat Omeros inilah, penulis yang lahir di Castries, Saint Lucia pada 23 January 1930 ini mendapat julukan "Homerus dari Karibia". Aku merasa yakin, jika "i read, i travel, i become" juga merupakan ungkapan yang disampaikan oleh peraih nobel sastra itu. (Jika perasaanku ini salah, mohon koreksi ya..)


Menemukan foto ini, aku tersenyum dengan penuh kesadaran. Aku hanya punya dua foto di lokasi ini, yang merupakan salah satu sudut perpustakaan nasional Singapore. Mengamati dan mencerna tulisan itu, rasanya aku telah menjalani apa yang tertulis di foto itu. 

Kesukaanku terhadap buku tentu dengan membacanya, mengantarku dalam berbagai perjalanan. Sejak 2011 lalu aku selalu menamai perjalananku bersama buku dengan Perjalanan Cinta. Ya, karena bersama buku aku menemukan banyak mata kejora yang memantulkan diriku secara sempurna. Di perjalanan itulah aku menemukan banyak ketulusan yang tidak akan bisa aku kalibrasi secara materi. Kalaupun tidak perjalanan secara materi yang menuntunku pada pertemuan dengan banyak jiwa, juga tentang perjalanan spiritual bisa kudapatkan dari buku. Banyak buku yang kubaca dan membuatku menemukan banyak hal. Tidak hanya pengetahuan, tapi juga kesadaran yang indah. 

Buku, ada yang bisa membuatku serasa menampar diri sendiri. Ada juga yang membuatku menangis atau tertawa dalam makna yang sesungguhnya. Buku bisa menjadi cermin yang sempurna atas diriku atau justru sebaliknya membuatku marah. Bersamanya saja kadang aku sudah melakukan banyak perjalanan yang tidak biasa. 
Seperti sudah aku sampaikan, bahwa karena buku aku bisa melakukan perjalanan yang tidak biasa. Buku juga salah satu hal yang membuatku semakin menyadari sisi kemanusiaanku juga kehambaanku. Terlebih dalam perjalanan yang kulakukan bersama buku dan orang-orang yang mencintai buku serta membacanya. 

Melakukan perjalanan bersama buku dalam makna spiritual bisa kita lakukan setiap saat, namun tidak dengan perjalanan bersama buku dalam makna materi. Aku sudah merasakan bagaimana menyusuri sudut-sudut bumiNya lewat perantara buku. Aku menemukan teman baru bahkan keluarga baru juga karena perjalanan bersama buku. Artinya..."i travel"  telah kulakukan dalam dua sisi yang saling melengkapi. Perjalanan materi seringkali membuncahkan rindu pada jiwa-jiwa baik yang pernah membersamai perjalananku. Diam-diam ada rasa yang terus berdifusi, pun ada denyar doa yang tiada henti. Buku telah menyatukan kami dalam ukhuwah yang indah. 

Perjalanan ke Singapore waktu itu sebenarnya juga sangat terkait dengan buku. Aku mengikuti "travel writing" yang diadakan Rumah Dunia. Ya, Rumah Dunia sebuah tempat yang pernah ada dalam mimpiku jauh setelah mengenal Si Roy. Rumah Dunia pula yang menjadi saksi pertemuan tujuh jiwa baik untuk kali pertama secara lengkap. Tujuh hati ternyata memiliki mimpi yang sama untuk menjejak Rumah Dunia. 
Lagi-lagi kakiku bisa menjejak Rumah Dunia karena sebuah buku yang ada tulisanku di dalamnya. Tulisan tentang jilbab pertamaku yang mengantarku menjadi seorang muslimah. Membaca buku serta menulisnya, benar-benar membuatku melakukan perjalanan. "I read, I travel". 

Lalu, bagaimana kau memaknai bahwa semua itu membuatmu "menjadi" Jazilah? Ya, sampai saat ini aku telah merasakan banyak hal baik dan bermanfaat untuk diriku khsusunya dan sedikit untuk orang lain karena kebiasaan membacaku. Tentu termasuk juga ketika aku bisa melakukan perjalanan baik karena apa yang telah kubaca. Atau sebaliknya dalam perjalananku aku selalu bisa "membaca" buku kehidupan yang dihamparkan semesta, sebagai karuniah cintaNya. Membaca membuatku melakukan perjalanan dan dalam perjalanan aku membaca. Hasilnya? Aku saat ini 😊 

Perpustakaan Nasional Singapore, jika masih ada kesempatan masih ingin mengunjunginya lagi. 

Hehehe, bawa tongsis kayak pegang tongkat ya penunjuk jalan :) 

You may say i'm a dreamer...but i'm not the only one. Aku di salah satu sudut Singapoore

Kapan kembali menjejak bandara dan melakukan perjalanan? Semoga pendemi segera berlalu, sehat berkah semuanya. 

Di salah satu tempat untuk membaca. 


0 Comments