TERWUJUDNYA "BUKU" IMPIANKU DAN HARI BUKU
Alhamdulillah hari ini banyak yang menyebutnya sebagai #HariBuku dan aku bisa menulis lagi walaupun sekadar catatan ringan sekaligus 'tamparan' bagi diriku yang selama bulan April ini belum upload tulisan di blog ini.
Pagi dini hari tadi, aku sempat online dan sadar bahwa 23 April diperingati sebagai Hari Buku. Aku memang menyukai buku, dan moment seperti ini masih sering mengingatkan aku bagaimana rasanya saat aku hanya bisa termangu tanpa bisa menyentuh apalagi membaca buku yang ingin kubaca karena aku memang belum bisa memilikinya. Aku masih ingat bagaimana Jazim kecil kali pertama bisa membaca.
Saat mulai bisa membaca, setiap melihat kertas yang ada tulisannya adalah hal yang membahagiakan. Saat itulah aku menyudut di halaman bahkan di kebun samping rumah kakek hanya karena aku tengah membaca ‘buku’. Apakah itu buku seperti bayangan teman-teman? Bukan! Jauh dari semua itu, ‘buku’itu adalah kertas-kertas koran atau potongan majalah yang jelas tidak aku tahu di mana sambungannya. Buku itu juga buku-buku pelajaranku, yang hampir kuhafal halaman per halaman karena terlalu sering aku membacanya. Buku saat itu adalah mutiara indah yang tak pernah mampu tersentuh oleh Jazim kecil bahkan saat Jazim remaja hingga menjadi mahasiswa.
Saat semua orang membincang tentang #HariBuku, tentu tidak akan bisa dipisahkan dari MEMBACA. Kali ini ingatanku pada saat bisa membaca Al Quran. Ada cerita indah lain yang membuatku semakin bersyukur bahwa aku melewati fase-fase indah itu. Fase luar biasa yang mengantarku pada fase semakin luar biasa dalam hidupku. Jika saat itu, aku tidak ditempah oleh "jiwa besar" yang memaksaku untuk bisa membaca, entah apakah saat ini aku bisa menuliskan semua kisah ini di sini.
Aku selalu bersyukur diberi kesempatan melewati fase itu, fase di mana aku hanya bisa mencintai tanpa bisa memiliki. Fase aku terus mencintai dan berusaha dekat dengannya. Fase aku menangis saat cintaku padanya disebandingkan dengan mode. Bagaimana bisa? Hingga semua itu mengantarku pada fase di mana aku bisa mencintai dan memiliki serta selalu dekat dengannya. Fase aku selalu tersenyum bersamanya dan fase aku bisa berbagi cinta dan bahagia bersamanya. Dialah buku.
Buku dan membaca buku akhirnya mengantarku juga pada menulis. Aku belajar setiap saat pada semesta ini. Aku tidak hanya membaca buku yang secara fisik tercetak, bahkan tersadari kini bahwa buku kehidupan ini juga begitu indahnya. Menyimpan sejuta cerita dan kisah yang tidak akan pernah habis untuk kueja, kupahami dan kuambil hikmah-hikmah indah di setiap kisahnya. Dari sana aku mulai menulis, ya menulis. Aku mulai menulis dan terus membaca.
Hari ini, 23April aku mengenalnya sebagai #HariBuku yang bertepatan dengan bulan Ramadhan 1442 Hijriah. Hari ini aku akan memilih untuk membaca Al Quran saja. Tiba-tiba saja ingatan melemparku pada tataran indah saat aku masih mengeja huruf demi huruf hijaiyah. Saat aku tidak disukai teman-teman kecilku karena aku terlalu cepat belajar, dan segera bisa membaca Al Quran ketika teman kecilku yang lain masih tertatih di huruf demi huruf.
Ingatanku sempurna pada jiwa besar yang telah menempaku menjadi yang seharusnya. Jiwa besar itu seolah tidak mau tahu bahwa aku adalah Jazim kecil dengan segala kemanjaan.
“Mau jadi apa kamu, kalau membaca Al Quransaja tidak becus? Mau jadi apa?...dst...”
ya…apa jadinya jika saat itu walaupun sempat bertahan dengan bilur-bilur biru di tubuhku, aku tetap dengan jiwa kecil yang suka merajuk? Ternyata jiwa kecilku lebih memilih melakukan semuanya setelah merasakan perihnya bilur-bilur itu.
Begitulah, mungkin kadang kita menjadi lebih kuat dari seharusnya saat kita telah berada di titik terendah, saat telah merasakan sakit sesakit-sakitnya. Saat kita tahu bahwa bukan orang lain yang menjadikan kita mampu bertahan, tetapi diri kita sendiri (dimampukan Allah tentunya). Aku melewati masa itu, Alhamdulillah ...
Hari ini, ada kerinduan indah yang membadai pada kuntum-kuntum jiwa besar yang telah damai di sisiNya. Ya saat orang mengatakan hari ini #HariBuku dan aku telah belajar membaca dari mereka yang telah menempah jiwaku. Hanya hamparan doaku, semoga Engkau mendekap mereka dalam cinta terindahMu.
“Ngajinya yang benar, janga asal dibaca saja.”masih terngiang ucapan itu. Kalimat itu mungkin sangat sederhana bagimu, tapi aku tahu itu bukan sekadar kalimat sederhana bagiku.
Dan… kadang bahkan mungkin terlalu sering aku hanya sekadar ‘membaca’ Al Quran. Berdalih kesibukan, membacanya hanya untuk sebuah kata ‘istiqomah’. Lebih dari itu? Aku sadari, masih sering hanya sekadar membaca. Astaghfirullah… Padahal, terlampau sering saat aku membaca Al Quran dengan sesungguhnya “membaca” ada banyak damai yang menyelusup indah dari pemahaman yang diberikanNya. Semua menjadi semakin hening pada titik kesadaran diri, ketika aku memulai membaca secara benar. Mulai dari tajwid dan makhorijul hurufnya hingga pada terjemahannya. Belajar memahami, disamping tentu aku harus belajar pada orang-orang yang berilmu yang mengajari aku untuk memahami ayat-ayatNya.
Tentang membaca Al Quran ini aku menemukan tulisanku pada hari buku tahun 2013.
Untuk satu jiwa baik berhati indah
Hari buku 2021 ini tentu sangat berbeda bagiku. Aku harus merelakan hati untuk meninggalkan sebagian besar buku yang kumiliki di Surabaya untuk menghuni rak buku di rumah Gresik. Sebagian besar lainnya juga telah berpindah tangan sesaat setelah aku menjadi seorang istri. Sebagian kecilnya, kubawa serta menuju istana baruku, rumah suamiku.
Tiada henti aku bersyukur, ketika meminta izin suami agar pembatas ruangan keluarga rumah kami menggunakan rak yang berisi buku dan beliau mengizinkan. Maka di sanalah sebagian kecil buku yang menyertaiku berada. Di ruang itulah aku bisa berdekatan dengan buku yang menyertaiku. Sesekali aku pun bisa melihat senyum kaktus yang renjana.
Selamat Hari Buku
Sudah membaca buku hari ini? Buku apa yang ingin kau miliki dan baca? Buku apa yang "mengubah" dirimu?
0 Comments